Friday, June 6, 2008

Xenophobia di Italia: Satu dari Tiga Masyarakat Italia Menolak Adanya Pembangunan Masjid Baru


Roma (ITALIA) - Laporan dari Kementerian Dalam Negeri Italia yang dihimpun oleh wartawan Italia Fiorenza Sarzanini dari harian nasional Il Corriere della Sera edisi akhir April 2008 lalu mengatakan bahwa kaum pendatang asing di Italia saat ini sedang mengalami peningkatan, disamping itu juga dilaporkan mengenai bertambahnya perkawinan campuran.

Dengan pertambahan kaum imigran di Italia, nampaknya masyarakat Italia sendiri banyak dihinggapi perasaan xenophobia (rasa ketakutan terhadap warga pendatang asing). Berdasarkan survei terhadap masyarakat Italia tersebut bahkan diperoleh gambaran bahwa satu dari tiga orang Italia tidak menginginkan adanya masjid.

Jumlah clandestini (pendatang gelap atau illegal) di daerah Lombardia (Kota Milan dan sekitranya) saja tercatat mencapai 860 ribu jiwa. Dari jumlah imigran tersebut sebanyak 55% adalah beragama Islam. Selama tahun 2006, kaum pendatang yang lahir di Italia dari orang asing terdapat sekitar 57.765 dengan pertambahan sekitar 11,1% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sehingga dapat dikatakan bahwa imigran Islam meningkat sekitar 10% dari jumlah seluruh imigran di Italia.

Dalam jangka 10 tahun pertambahan Imigran ternyata sudah bertambah dua kali lipat, jumlahnya sekarang sudah lebih dari 2.400.000 jiwa yang mempunyai izin tinggal secara reguler di Italia, sedangkan menurut data dari Kantor Catatan Sipil Italia (anagrafe) jumlah kaum pendatang sudah berkisar 3 juta jiwa. Sebagian besar mereka sudah memiliki rumah sendiri, pekerjaan, anaknya juga masuk sekolah, dan juga hampir semuanya membayar pajak. Namun demikian hal itu tidak memberikan jaminan bagi keamanan masyarakat Italia terutama bagi warga asing yang masuk secara gelap/illegal.

Laporan mengenai kaum imigran dari Kementerian Dalam Negeri menjelasan bahwa Pemerintah Italia telah menyediakan semacam tempat tempat pelatihan untuk memperdalam spesialisasi beberapa jenis pekerjaan dengan harapan agar para imigran lebih mudah mendapatkan lapangan pekerjaan nantinya kalau kembali ke negara asalnya. Sebagai catatan bahwa besarnya perkembangan jumlah kaum imigran dibawah umur yaitu dari 51.000 jiwa pada tahun 1991 pada tahun 2007 telah mengalami peningkatan menjadi sekitar 666.000 jiwa.

Pertambahan warga pendatang asing di Italia telah menunjukkan bentuk keresahan dan kekhawatiran keamanan bagi penduduk setempat, terutama perhatian terhadap pendatang asing yang beragama Islam yang sering menimbulkan kecurigaan di mata masyarakat Italia, meskipun sebenarnya beberapa dari masyarakat Italia masih menunjukkan rasa toleransinya.

Laporan ini dikutip dari Prof. Mazio Barbagli yang disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri Italia Giuliano Amato (Kabinet Jaman Romana Prodi) yang dalam perhatiannya menambahkan lagi hasil riset yang dilakukan oleh Osservatorio Sociale (observasi sosial) bersama dengan Makno-Consulting, yang mengadakan suatu pengamatan sekitar 31,4 % atau satu dari tiga masyarakat Italia mengatakan ’’tidak setuju dengan adanya mesjid’’, sedangkan 55% memikirkan bahwa kaum imigran dari negara-negara Islam lebih banyak memberikan problem dari pada kaum imigran dari negara negara lainnya. Sedangkan lebih dari 17% khawatir akan kemungkinan adanya percobaan terroris dari kelompok fundamentalis (cellule integraliste). Namun hal ini bukan berarti memberikan kehawatiran bagi warga asing di Italia, 70% berpendapat baik terhadap sambutan penduduk setempat, walaupun banyak yang mengeluhkannya terutama bagi yang tidak mendapatkan pekerjaan dan kesempatan lowongan pekerjaan dengan gaji yang relatif rendah.

Berdasarkan data yang diperoleh terhitung mulai tangal 1 Januari 2007 terdapat sekitar 282.000 warga Albania yang mempunyai ijin tinggal reguler, ditambah lagi 278.000 warga asal Rumania yang berpendidikan yaitu sekitar 70 % diantaranya mempunyai diploma atau pendidikan tamatan universitas’.

Mantan Menteri Dalam Negeri juga menerangkan bahwa counterpartnya di Bucarest, Rumania mengatakan bahwa warga Rumania yang berada di Italia jumlahnya kurang lebih sekitar satu juta. Hal ini merupakan data sementara yang dapat dikonfirmasikan mengenai jumlah warga Rumania yang keluar masuk ke Italia.

Dalam laporan, warga pendatang juga dibagi berdasarkan dari jumlah dimana mereka bertempat tinggal di beberapa bagian wilayah di Italia. Pada umumnya warga pendatang banyak mendapatkan lowongan pekerjaan di daerah Utara Tengah Italia, jumlahnya yang terbesar adalah dibagian Utara Barat yang berjumlah 1.067.281 jiwa, sedangkan dibagian Timur Utara Italia jumlahnya sampai 802.239 Italia Tengah sekitar 727.690 sedangkan di daerah Italia Selatan 244.088 dan Pulau Sicilia sejumlah 97.687 jiwa. Jumlah total keseluruhan sekitar 2.938.922 jiwa dengan umur menengah rata rata 30,4 tahun

Seperampat kaum pendatang banyak bertempat tinggal di daerah Lombardia, hal ini diperkuat dengan bertambahnya jumlah perkawinan campuran. Perkembangan masuknya orang asing ke Italia menurut data pada tahun 2004 terdapat sekitar 17.835 dan perkawinan campuran sekitar 9 % dari jumlah terdaftar yang diperoleh pada tahun tersebut. Sebagian besar kasus ini pada umumnya hampir 76 % dari jumlah pria (Italia) yang memilih wanita asing menjadi isterinya.

Untuk perbandingan prosentase kaum pendatang di Eropa berdasarkan jumlah penduduknya adalah sbb:
- Finlandia : 2,1%;
- Swedia : 5,4%;
- Norwegia : 5,1 %;
- Denmark : 5,4% ;
- Irlandia : 5,6%;
- Inggri : 5,2 %;
- Belanda : 4,3 %;
- Jerman : 8,8%;
- Belgia : 8,8% ;
- Perancis : 5,7 %;
- Portugal : 2,7 %;
- Spanyol : 4,6 % ;
- Swiss : 20,2 %;
- Austria : 9,4%;
- Yunani : 8,1 %; dan
- Italia : 5 % Italia

Menurut Cardinal Renato Raffaele Martino, sebagai Ketua Penasihat Pontificio menganjurkan sebaiknya Italia tidak perlu menghalang-halangi kedatangan para pendatang di Italia, karena Italia sebenarnya masih membutuhkan kaum pendatang tersebut untuk jenis pekerjaan berat. Disamping itu juga hendaknya masyarakat Italia tidak membiarkan mereka hidup tanpa jaminan hidup yang jelas, karena perlu bekerja untuk mempertahankan hidupnya.

Sementara itu di Bologna, sebuah selogan pemda kota Bologna yang himbauan tentang masalah keamanan di kota Bologna baru baru ini telah menarik perhatian yang sangat besar, kendati selogan ini sudah ada sejak tahun 2005. Meskipun Partai politik Lega Nord sudah bergerak untuk menghambat masuknya kaum imigran yang tanpa mempunyai jaminan kerja di Italia. Menurut Lega Nord, sebagai administrator, walikota Bologna harus mempunyai program yang lebih obyektif dan berorientasi yang tepat untuk dapat mengendalikan tingkat keamanan di daerahnya. Bologna selama ini dikenal sebagai kota merah (rosso) atau kota komunis -- kota yang sebagian besar penduduknya berhaluan komunis sejak revolusi Italia hingga saat ini.
Pusat perhatian terhadap himbauan keamanan ini kembali didengungkan mengingat semakin meningkatnya jumlah angka kriminalitas akhir akhir ini disinyalir banyak dilakukan oleh warga pendatang asing. Menurut data dari Kementerian Dalam Negeri Italia sejak tanggal 31 Desember 2006 jumlah pendatang Islam adalah sekiar 11.615 jiwa yang tinggal di wilayah Comune di Bologna.

Pembangunan masjid di wilayah Comune di Bologna saja agaknya telah mendapat halangan dari beberapa pihak. Setelah diadakan pemungutan suara dari partai politik, diperoleh hasil bahwa penduduk setempat, pemerintah daerah, maupun pejabat tingggi Kota Bologna (assessore Urbanistica), menolak untuk penambahan pembangunan masjid baru di Bolonga. Walikota Bologna, Sergio Cofferati mengatakan bahwa proyek tersebut secara definitif sudah ditolak demi menjaga hubungan baik dengan UCOII (Centro Islam di Italia). Dalam pembicaraannya kedua belah pihak agar dapat memahami kondisi mengenai masalah tersebut.

Xenophobia Bologna

Untuk sementara dalam menghadapi tingkat keamanan di wilayah Comune di Bolonga selain kepolisian juga penduduk setempat secara sukarela ikut aktif berjaga jaga terutama pada malam hari. Tindakan ini juga diikuti oleh orang asing yang tinggal di wilayah tersebut. Tindakan terhadap pengamanan lingkungan ini juga dilakukan di beberapa kota di Italia terutama di kota kota Italia Utara.

Sikap xenophobia Masyarakat Italia terhadap kaum pendatang Muslim ini menunjukkan sikap semakin tajam. Berdasarkan responden yang dihimpun menunjukkan bahwa kekhawatiran dari tahun ke tahun semakin meningkat. Terlebih lagi kekhawatiran akan Fundamentalisme merebak ke seluruh Italia. Masjid Roma pada awal pembukaanya oleh Giulio Ferrari, pemimpin Lega Lombardia dalam konferensi persnya mengatakan akan menjadi markas besar ekspansi Muslim di Eropa. Pernyataan ini jelas membuat wakil-wakil dari Katolik Konservatif khawatir, mengingat basis umat Katolik justru berada di Kota Vatikan yang terletak di Kota Roma.

Pemerintah Italia maupun Masyarakat Italia yang bersikap apatis dan xenophopia terhadap integritas minoritas Muslim dari Afrika Utara, Timur Tengah dan negara negara Islam lainnya, hendaknya menyadari bahwa Islam tidak selalu identik dengan radikalisme dan fundamentalisme. Saat ini pendatang Muslim sudah menjadi bagian dari Masyarakat di Italia dan mau tidak mau Pemerintah dan Masyarakat Italia hendaknya dapat menerima keberadaan pendatang Muslim ini, bukan dengan cara memusuhi tetapi perlu adanya dialog dan kerjasama untuk memecahkan permasalahan.

Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Muslim, menurut data resmi terakhir Konsuler KBRI Roma Bulan Februari 2008, masyarakat Indonesia tercatat sekitar 1.173 jiwa yang tinggal di Italia, Malta dan Cyprus. Meskipun demikian, tidak semuanya dapat dikatakan sebagai imigran, mengingat angka ini termasuk pelajar/mahasiswa dan mix-couple. Angka tersebut masih menunjukkan angka yang relatif kecil dibandingkan jumlah imigran dari beberapa negara Islam lainnya seperti Maroko, Bangladesh dan Albania.


Reports by Binsar Aritonang
Edited by Pramudya Sulaksono

No comments:

Post a Comment

MapLoco


Visitor Map