Thursday, November 4, 2010

Serpong -- Dari Waktu Ke Waktu


(Serpong - Tangerang Selatan) Awalnya kita agak-agak aneh mendengar nama "Serpong". What does it mean? It's nothing. Dari waktu ke waktu terjadi perubahan disana sini ketika saya harus memilih Serpong menjadi tempat tinggal. Sewaktu pulang dari Hanoi, Vietnam tahun 2001 saya tidak pernah membayangkan sama sekali untuk tinggal dan menetap di Serpong. Hanya karena saya belum punya tempat tinggal yang layak. Sahabat saya yang kebetulan di PHK karena jaman krisis moneter, bank tempat di bekerja dilikwidasi, justru mendapatkan pesangon yang cukup untuk mengambil S2 dan membeli rumah. Sebagai seorang PNS waktu itupun jauh untuk berfikir keras bagamana membeli sebuah "gubuk" kecil yang layak huni sebagai tempat tinggal.

Beruntung di saat saya menyelesaikan tugas di Hanoi, Vietnam, sahabat sayapun sempat membeli rumah sederhana tipe 50 dengan harga yang waktu itu masih rendah (tahun 1998 dengan harga Rp.104 juta)  dengan harapan kalau saya membawa barang-barang pindahan paling tidak sementara bisa tertampung sampai saya sanggup untuk membeli rumah.

Namun apa yang terjadi kemudian? Sahabat saya terperanjat ketika barang-barang pindahan saya melebihi kuota dari volume rumahnya karena kebanyakan barang-barang pindahan saya berupa kayu yang sangat kokoh dengan model Vietnamese yang kenatal dengan hiasan kerang-kerang yang ditanam pada kayunya. Dia menyarakan kalau sebaiknya saya segera membeli rumah dan melarang saya untuk mengontrak karena barang-barang tersebut.

Saya tetap bersikukuh untuk tidak memlih Serpong sebagai alternatif tempat huni bagi saya, namun apa daya setelah menimbang dan memilih harga rumah di Jakarta sangatlah tidak mungkin untuk memiliki rumah. Setelah beberapa lama tinggal di Serpong akhirnya saya menemukan kedamaian tersendiri untuk memilih Serpong sebagai salah alternatif tempat tinggal saya kelak.

Apa yang membuat saya berfikir untuk menjadikan Serpong sebagai tempat tinggal adalah bahwa saya masih mendengar suara kicau burung dibeberapa sudut rerimbunan pepohonan, udara segar, langit lebih cerah dan biru ketimbang di Jakarta yang cenderung lebih pekat dan polusi. Airpun masih segar dan masih dapat digali melalui sumur. Ada sedikit ganjalan utama bagi saya yaitu masalah transportasi. Transportasi hingga kinipun masih merupakan buah simalakama yang tentu saja perlu diperbaiki sinerginya. Waktu itu saya merasa nyaman dengan adanya shuttle bus BSD yang setiap hari mengantar saya ke Jakarta Pusat (Pasar Baru) atau
Kereta KRL Sudirman Express yang jadwalnya masih minim, namun paling tidak terpenuhi sudah untuk menepis Serpong sebagai daerah terisolir. Maklum saja shuttle bus ini hanya berhenti di halte-halte tertentu ketimbang di semarang tempat di ruas Jalan raya Serpong. Sementara bus bus umum justru larinya ke arah utara Kota Tangerang atau Cikokol ketimbang ke Selatan.

Kata orang untuk tinggal di Serpong paling tidak diperlukan mobil sebagai sarana transportasi dan kultus itu belum terkikis hingga sekarang, karena memang kalau malam hari Serpong tidak tersentuh transportasi umum sebagaimana di Depok, Bogor atau Tangerang sekalipun. Inilah yang harus dibenahi. Syukurlah saat ini Stasiun Rawabuntu akhirnya mampu berfungsi dan frekuensi kereta semakin banyak namun masih menyisihkan permasalahan seperti lahan parkir yang kurang mengingat pelajo (commuter) Serpong - Jakarta kian hari semakin meningkat dan jenis kereta seperti KRL Ekspress tidak semua kereta berhenti di Stasiun Rawabuntu demikian pula dengan jalan masuk ke stasiun Rawabuntu yang kurang layak.

Pada waktu saya memutuskan untuk membeli rumah waktu itu -- di Regensi Melati Mas -- (sementara sahabat saya tinggal di Villa Melati Mas sebelum akhirnya berubah menjadi Melati Mas Residence) salah satu pengembang lama di Serpong, Serpong bukanlah seperti sekarang. Jalan Raya Serpong yang waktu itu juga belum mampu mengatasi kemacetan pada setiap ruasnya. Tahun 2001 itu Serpong bukanlah apa-apa karena hanya ada Hero Supermarket dan BSD Plaza.

Namun perubahan setapak demi setapak nampak sudah perbedaan mendasar mulai tampak. Hal itu akibat laju pertumbuhan Serpong sebagai daerah penyangga perumahan semakin diminati. Hero Supermarket pertama kali berganti baju menjadi Giant inilah yang menjadi penyemangat pertumbuhan di Serpong. Tidak tanggung tanggung Lippo Group langsung membuat proyek persis disebelah Giant membangun WTC Matahari yang meudian diberi embel-embel Mall. Sewaktu Krisis moneter business retailer yang terbaik untuk memecahkan masalah adalah melalui trade center, namun karena melihat gengsi terjadi peleburan antara trade center yang dikembangkan oleh Lippo Group waktu itu tetap menggabungkan antara konsep Mal/mall dengan trade center. Akhirnya Hypermart sebagai label hipermarket milik Matahari sebagaimana Giant pertama kali dibuka justru di Serpong berbarengan dengan properti Lippo lainnya di Metropolis Town Square.

Tidak itu saja kemunculan pembangunan-pembangunan lain seperti Plaza Serpong yang akhirnya mengalami kegagalan dalam penerapan pasarnya juga Setos (Serpong Town Sqaure) justru menjadi pelengkap Serpong semakin melaju dengan gegap gempita pembangunannya. Bumi Serpong Damai yang kemudian berubah kepemilikan dari Ciputra Grup menjadi Sinar Mas Group menjadi lebih bersinar dengan nama baru BSD City. Perubahan dasar nama-nama kompleks yang tadinya sangat Indonesia berubah total menjadi nama-nama asing seperti Victoria River Park, The Green, De Latinos, Pavilion, Green Cove, Foresta ketimbang Giri Loka, Anggrek Loka, Kencana Loka dll.

Meskipun sangat disayangkan beberapa lahan hijau akhirnya berubah total menjadi sentra bisnis yang pesat seperti Golden Boulevard, Madrid, Versailles, Viena, Granada, Barcelona, Paris. Tol Boulevard hingga BSD Junction yang karena salah konsep akhirnya mematikan lahan bundaran (alun-alun) menjadi tempat yang sayang sekali kurang menguntungkan serta ITC BSD.

Mall dimana mana

Persaingan hipermarket, mall dan department store sebagai tempat belanja yang semakin tumbuh menjadikan Serpong sebagai sentra ekonomi banyak dimintai oleh keluarga-keluarga baru yang menginginkan Serpong sebagai tempat tinggal apabila dilihat di Serpong sendiri ada 2 (dua) Giant Hypermarket di Melati Mas dan di BSD, konon saat ini Giant yang di BSD City merupakan Giant (Raksasa) atau yang terbesar diantara para Giant. Tidak jauh dari situ padahal sudah ada Carrefour dan Ramayana di ITC BSD, Superindo di BSD Plaza, Matahari Dept Store dan Hypermart di Mall WTC Matahari, belum lagi di Gading Serpong yang akhirnya split menjadi Paramount dan Sumarecon juga sudah terdapat Sumarecon Mall Serpong (SMS) yang nantinya akan dikembangkan sebagaimana Sumarecon Mall Kelapa Gading. Di SMS saat ini ada  Star Dept Store dan tidak lama lagi di Alam Sutera yang sudah mengkoneksikan jalur suteranya dengan akses langsung ke Tol Jakarta-Merak juga akan membuka Living World, mall yang mengkhususkan diri sebagai tempat belanja house holds dan kuliner. Bahkan tidak lama lagi Developer Alam Sutera juga sedang mempersiapkan Mall@Alam Sutera sebagai salah satu Mall yang representative di wilayah Serpong sekelas Plaza Senayan atau Pondok Indah Mall. Sementara itu keberadaan Teraskota juga tidak lepas dari perkembangan wilayah Serpong, mall lifestyle lengkap dengan Hotel Santika dan Blitz Megaplex dengan 9 Auditorium merupakan salah satu dipilihnya Serpong sebagai indikator yang sangat maju sebagai wilayah pengembangan di luar Jakarta.

Tidak hanya Mall yang pesat di daerah Serpong, Beberapa bank swasta dan BUMN sudah lama bercokol di wilayah Serpong. Tidak itu saja showroom dan service mobil juga tersedia lengkap disini. Kuliner tentu saja banyak berkembang di sepanjang Jalan Raya Serpong, Jl Pahlawan Seribu hingga Jalan Raya Rawabuntu. Dari yang kuliner tradisional asli Indonesia, Chinese Food hingga warung-warung tenda sangat mudah ditemukan di kawasan ini. Beberapa pengembang dan pengusaha bahkan sudah menyiapkan tempat kuliner seperti Teraskota dengan restoran dan cafe-cafe seperti Duck King, Cafe Betawi, Wendy's, Bakso Lapangan tembak. Solaria, Serpino Pizza, Lau Kopitiam dll, di Giant semarak dengan resto-resto seperti Burger King, Oenpao, Domino Pizza, Tamani Cafe, KFC dan Solaria di BSD Plaza kemudian Flavour Bliss lengkap dengan Bandar Jakarta, Mc Donald dll, di sepanjang Jalan Raya Serpong muncul resto-resto seperti Gado-Gado Boplo, Bandar Serpong, Telaga, Bintang Kepiting, Pizza Hut, Pecel Lele Lela, Warung Sunda, Warung Mang Kabayan, dan beberapa warung-warung spesifik lainnya. BSDpun tidak kalah sebentar lagi membuka BSD Square sebagai tempat jajan makanan, namun yang masih diminati justru warung-warung tenda dan tenpat-tempat makanan tradisional seperti Soto Betawi H. Mukti, Bebek Kaleya, Bakso Titoti, Nasi Uduk Kebon Kacang dll dan warung-warung tenda yang biasa mangkal pagi atau malam di Pasar Modern.

Perubahan status administrasi dari wilayah kecamatan di Kabupaten Tangerang menuju ke Kota Tangerang Selatan tidak bisa dipungkiri meskipun kantor walikota bakalan berada di Pamulang, namun sentra ekonomi dan segala sesuatunya lebih terkonsentrasi di wilayah Serpong tetap menjadi primadonna, meskipun kawasan Pondok Aren (Bintaro) juga banyak memiliki fasilitas serupa dengan Serpong namun dengan keunikan Serpong sebagai "pusat pertumbuhan" diharapkan Serpong diharapkan akan lebih terpoles dan lebih diperhatikan oleh walikota Tangerang Selatan terpilih bulan ini (November 2010) lengkap dengan segala fasilitas yang lebih memberikan keleluasaan dan kebutuhan sesuai dengan harapan warga baru di Tangerang Selatan khususnya warga Serpong.

Disusun oleh:
Pramudya Sulaksono
Warga Serpong dan Pemerhati Masalah Sosial

Photo: www.skyscrapercity.com

Wednesday, September 1, 2010

Keanehan Dalam Penggunaan Istilah-Istilah Bahasa Italia di Indonesia

Di Jakarta atau di Indonesia akhir-akhir ini banyak bermunculan istilah-istilah asing yang bukan dari Bahasa Inggris. Pada awalnya Bahasa Inggris dianggap lebih sophisticated dibandingkan dengan bahasa lokal atau Bahasa Indonesia sendiri.

Meskipun saya boleh dikatakan sebagai seorang linguis, namun saya bukanlah linguis bahasa Italia dan pakar dalam berbahasa Italia. Namun pengalaman saya sekitar 4 (empat) tahun tinggal di Italia terbukti menunjukkan pertanyaan saya mengapa akhir-akhir ini beberapa sektor katakanlah seperti properti, mode banyak yang menggunakan istilah Bahasa Italia di Indonesia.

Secara luas masyarakat Indonesia belum begitu tahu perbedaan Bahasa Italia dengan Bahasa Spanyol. Celakanya ketika seorang pejabat atau mahasiswa Indonesia ketika berkunjung ke Italia melupakan bagaimana dia harus melafalkan ucapan terima kasih. Beberapa pejabat dan mahasiswa yang saya temui rata-rata enggan untuk mencoba mengetahui istilah yang sederhana seperti "Grazie" untuk mengucapkan terima kasih dengan mengucapkan Bahasa Spanyol "Gracias". Ini hanya sebagai contoh saya sewaktu mereka mengadakan kunjungan kenapa tidak mencoba untuk googling atau sekedar mengetahui lewat majalah, buku dan sebagainya.

Itulah mengapa saya anggap rancu antara bahasa Italia dan Bahasa Spanyol yang mempunyai kemiripan karena memang sama-sama rumpun Bahasa Latin bersama Bahasa Perancis dan  Portugis. Dengan demikian maka Bahasa Italia memang tidak dikenal oleh mayoritas penduduk Indonesia. terlebih lebih lagi pengguna Bahasa Italia tidaklah sebanyak yang dimiliki oleh Bahasa serumpun Latin yang lain seperti Spanyol dengan Amerika Laitinnya, Perancis dengan Francophone nya dan Portugis dengan bekas jajahan Portugal seperti Brazil, Mozambique dan Timur Leste.

Di Indonesia gemar memakai Bahasa Italia sudah dimulai dari sektor Properti. Mereka mempunya sense lain ketimbang harus pakai Bahasa Indonesia sendiri. seperti yang terjadi di BSD City yang awalnya memakai nama-nama Sansekerta untuk mensophisticatedkan istilah seperti Kencana Loka, Giri Loka, Anggrek Loka dan lain sebagainya. Namun setelah pergeseran kepemilikan, pemilik baru Sinar Mas Group beranggapan bahwa istilah-istilah itu kurang menjual akhirnya berubah menjadi istilah-istilah Bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya seperti Victoria River Park, Green Cove, The Green, The Icon, De Latinos, Foresta, Studento dan banyak lagi. Tidak saja di BSD City beberapa pemain properti agaknya lebih suka melaunching produk-produk perumahan mereka menjadi lebih keren dengan bahasa-bahasa asing. Tidak hanya bahasa Inggris tetapi juga bahasa asing lain yang campur aduk tidak karuan hingga akhirnya bosan dengan Bahasa Inggris ke Bahasa Italia.

Lalu apa yang terjadi kemudian? Beberapa pemain properti yang kurang dibekali bahasa-bahasa tertentu berusaha memainkan kata-kata Bahasa Italia hanya karena Italia adalah salah satu negara yang terkenal selain dengan keindahan alamnya juga innovasi-innovasi, desainer-desainer terkenal dan bahasanya dianggap sophisticated yang mempunyai citra rasa tinggi.Sebagai contoh beberapa properti menyebutkan nama-nama beraksen Italia seperti La Piazza, Palazzo, The Bellezza, Bellagio, Casa Grande,The Albergo dan lain-lain.

Apa kenahen yang terjadi dalam penggunaan istilah ini? Coba perhatikan istilah-istilah di atas. La Piazza, Di Italia semua perempatan atau tempat tempat yang mempunyai koneksitas dengan tujuan satu sama lain (alun-alun) disebut Piazza, seperti Piazza di Spagna, Piazza Navona, Piazza Repubblica, Piazza Barberini, Piazza Vittorio Emanuelle II dan Piazza Venzia. Di Kelapa Gading, properti memanfaatkan istilah Piazza tersebut hanya dengan La Piazza tanpa menyebut embel embel lain seperti La Piazza Kelapa Gading ataupun yang lain. Begitu juga dengan pemakaian Palazzo, properti di bilangan Kemayoran hanya menyebut Palazzo tanpa penyertaan nama seperti Palazzo Kemayoran. Beberapa properti juga merancukannya dengan memakai artikel "The" di depan kata-kata berbahasa asing. Apakah ini menandakan penginggrisan untuk bahasa asing seperti Bahasa Italia, seperti The Bellezza dan The Albergo.

Baru-baru ini saya lihat iklan tentang pembangunan apartemen baru dengan nama The Albergo. Ironis sekali ini adalah sebuah apartemen tetapi mengapa memakai nama Albergo, mengingat dalam Bahasa Italia albergo adalah hotel dalam Bahasa Italia. Apakah ini semacam kesengajaan atau ketidak tahuan atau sengaja keren-kerenan pihak properti untuk merebut pasar dengan memaka bahasa asing selain Bahasa Inggris yang agakanya lebih kelihatan sophisticated.

Saya tidak bisa menyalahkan pihak-pihak terkait tersebut. Cuma mengingatkan saja jangan sampai mereka tejebak dengan penggunaan istilah-istilah yang sebetulnya mereka tidak ketahui. Kata Bellagio yang mestinya nama sebutan resort yang elok di Utara Italia banyak dipergunakan untuk produk-produk tidak hanya propoerti tetapi toko/merk tas dan bahkan parfum deodoran.

Pernah saya tercengang sekali ketika properti ternama di wilayah Serpong dengan terang-terangan mencatut kota terkenal di Italia yaitu Firenze (Florence sebutan dalam Bahasa Inggris), dengan memakai nama New Virenze dengan menggunakan huruf "V". Ini jelas jelas membuat saya yang tahu betul kota Firenze diplesetkan begitu saja oleh pengembang dengan sebutan Virenze. Sangat konyol sekali meskipun masyarakat Indonesia sangat awam dengan Bahasa Italia.

Tidak saja properti, saya juga menemukan kejanggalan yang terjadi terhadap sebuah toko tas/spatu wanita dengan nama "AMANTE". Saya tidak mengetahui apakah ini disengaja atau yang empunya toko tahu apa sebetulnya arti dari kata tersebut. Perlu dijelaksan bahwa kata amante sendiri dalam bahasa Italia adalah berarti "wanita lain/wanita simpanan". Lalu mengapa toko yang megah yang mempunyai outlet di Plaza Indonesia dan Pondok Indah Mall (PIM) menggunakan kata dengan arti demikian?

Beberapa desainer terkenal Italia seperti Prada, Gucci. Dolce & Gabbana, Salvatore Feragamo, Zegna, Versace dan Valentino banyak bermunculan di mall-mall terkemuka di Indonesia. Saking terkenalnya Italia dengan produk fashion dan produk kulit banyak juga yang mensiasati seolah olah bikinan Made in Italy asli dengan cara mencomot sok ke Itali-italian saya banyak sekali menemukan banyak produk yang sebenarnya produk Indonesia sendiri tetapi lebih bangga dengan merk sok ke Itali-italian tersebut seperti Condotti, sebetulnya Via dei Condotti adalah salah satu daerah shopping utama di kota Roma dipakai sebagai nama produk kulit berkualitas menebeng ketenaran nama-nama Italia. Ada juga produk lain seperti kemeja bermek Buon Giorno (baca: /bon jorno/ artimya Selamat Pagi), juga nama-nama mix Italia lainnya seperti Valentino Napitupulu dan sederetan nama produk-produk garmen (kemeja, dasi, celana) dan kulit (sepatu, ikat pinggang, tas dan dompet) serta nama-nama lain seperti Gellare, Gelatissimo dll

Kanapa tidak bangga menggunakan produk dengan merk asli Indonesia sendiri. Permasalahannya tentu saja kurang sophisticatednya Bahasa Indonesia untuk produk-produk Indonesia sendiri. Namun menurut saya dengan kreativitas, desain dan permainan kata yang indah beberapa kuliner asli Indonesia sudah mulai bangkit dengan istilah-istilah sendiri seperti Dapur Sunda, Bandar Jakarta, Centong, dll yang menggunakan kemasan sedemikan rupa tentu saja bisa diterima masyarakat Indonesia.

Oleh : Pramudya Sulaksono
Pemerhati masalah linguistik, sosial dan budaya

Sunday, August 1, 2010

Faktor-Faktor Sinta dan Jojo dalam Keong Racun Menjadi Fenomena



Meskipun banyak pro dan kontra serta gencarnya pemberitaan yang bertubi-tubi sempat membuat topik pembicaraan di masyarakat pada umumnya, Sinta dan Jojo yang melesat dalam video di youtube dengan lagu Keong Racun menjadi fenomena.

Lagu itu sudah cukup lama (2008), namun lagu tersebut tidak dikenal atau menjadi hit pada waktu masa peredarannya. Sebetulnya apa yang melatar belakangi gencarnya Keong Racun bagi masyarakat di Indonesia. Berikut ini terdapat penelaahan yang mungkin dapat kita cermati sehubungan dengan fenomena tersbut.

1. Sosok Sinta dan Jojo, orang tidak mengenal siapa sebenarnya Sinta dan Jojo ini? tapi yang jelas keganjenan mereka terutama dalam menghayati lagu dan lipsync yang cocok di depan webcam dalam video yang diunggah di youtube sudah selayaknya mengundang perhatian banyak orang dengan video itu. Meskipun banyak yang mencela, namun perbedaan pendapat bukanlah menjadi penghambat orang lain untuk berekspresi diri di depan kamera (webcam) sejauh tidak mempunyai dampak negatif terhadap masyarakat pada umumnya.

2. Keong Racun, kasihan penyanyi aslinya, meskipun ketutup dengan polesan lipsync Sinta dan Jojo, Lissa penyanyi asli ini mendadak dapat terkenal dengan lagu ini demikian juga dengan pencipta lagunya yang bahkan jarang disebut-sebut sebelumnya, Buy Akur juga ramai diperbincangkan. Sebetulnya kata "Keong Racun" sendiri cukup menggelitik ditambah lirik yang agak nakal, namun cukup komunikatif dengan masyarakat Indonesia pada umumnya. Lagu Keong Racun ini sebetulnya lagu yang biasa-biasa saja, namun Shinta dan Jojo ini membawakan lagu Keong Mas yang sebelumnya tidak populer dikalangan masyarakat mendadak menjadi amat populer. Hal ini berbeda dengan lagu-lagu yang dibawakan sebelum-sebelumnya seperti Telephone, Cinta Satu Malam dan Slow Down yang lagunya sudah menjadi hit. Lagu Keong Racun seolah menjadi lagu baru dan menimbulkan "curiousity" bagi orang yang belum pernah mendengarkan lagu tersebut.

3. Peranan media internet terutama youtube, facebook dan twitter nampaknya telah merubah jaman. Dengan jejaring sosial dan website internet inilah segala sesuatu dapat terhubung dengan mudah, sehingga satu topik dapat dilempar kesana kemari sehingga menjadi bahan pembicaraan diantara pengguna internet, apalagi internet sekarang sudah dibawa secara mobile yang sewaktu-waktu postingan facebook maupun twitter dapat diakses dimana-mana. Penyebaran arus informasi yang cepat inilah yang selalu menjadi trend untuk dibicarakan. Memang pengguna internet di Indonesia tidak segencar seperti pada negara maju, sekalipun dengan Singapura yang penduduknya lebih sedikit, namun yang perlu diperhatikan adalah bahwasannya Indonesia saat ini merupakan pengguna jejaring sosial facebook terbesar di dunia (Juli 2010) setelah Amerika Serikat, Inggris. Dengan pengguna sebesar 22 juta ini maka sesuatu sangat mudah diakses dan ditularkan oleh jejaring sosial ini. Apalagi Twitter (minggu ke empat Juli 2010) Keong racun sepat menduduki trending topic peringkat pertama di Twitter padahal Trending Topic ini bukan hanya trend untuk Indonesia saja melainkan juga trend pembicaran seluruh dunia. Demikian juga dengan Yahoo search Indonesia yang sempat menaruh Keong Racun ini pada puncak pencarian topik pada tanggal 27 Juli 2010.

4. Infotainment yang memberitakan tentang kasus video porno artis Ariel Peterpan, Luna Maya dan Cut Tari agaknya sudah mulai menjadi titik jenuh pemberitaan oleh media massa, sehgingga topik menjadi bergeser ke topik yang baru.

5. Gejala psykologis masyarakat Indonesia yang gegap gempita yang selalu dihadapkan pada berbagai realita sosial seperti kasus korupsi, kompor meleduk akibat gas tabung 3kg, mengurai kemacetan Jakarta dan usul pemindahan ibukota, naiknya harga listrik, bentrokan antar warga nampaknya menjadi titik jenuh persoalan yang timbul di Indonesia sehingga masyarakat mencoba untuk mencari alternatif lainnya yang tanpa disadari muncul topik Keong Racun yang menjadi buah bibir masyarakat Indonesia.

Seperti halnya Inul Daratista yang kemunculannya sempat menggegerkan dunia hiburan di tanah air, fenomena baru Sinta dan Jojo dengan Keong Racunnya ini bisa jadi memacu Sinta dan Jojo melesat menjadi selebritas baru dadakan.

Namun yang menjadi pertanyaan, mampukah Sinta dan Jojo benar-benar menjadi selebritas yang mempunyai talenta di dunia Entertainment yang cukup gemerlap dengan menawarkan berbagai konsekuensi sosial bagi mereka. Ataukah ini hanya merupakan gejala sesaat yang sebentar lagi akan bergeser ke topik berikutnya yang lebih dahsyat?

Yang jelas untuk menjadi seorang selebritas yang sebenarnya keduanya harus siap dan mampu untuk memanfaatkan situasi dengan lebih mengembangkan bakat dan talentanya. Hal ini akan membuat mereka lebih dapat melaju ke dunia yang tidak mereka bayangkan sebelumnya. Kalau mereka tidak siap dan tidak mampu sangat disayangkan bahwa ketenaran mereka hanya sebatas waktu atau menjadi sosok yang dilupakan.

Oleh Pramudya Sulaksono
Pengamat Musik dan Sosial

Monday, March 15, 2010

Bellagio -- Destinasi Alam Bernuansa Danau di Utara Italia





[ITALIA, My Chronicle], Nama Bellagio (baca: bella-jo)tentu tidak asing bagi telinga di Indonesia khususnya Jakarta. Nama Bellagio banyak menjadi trademark seperti apartemen atau brand name suatu produk di Ibu Kota. Bellagio adalah nama sebuah kota atau resort yang terletak di danau Como (lago di Como) atau utara Italia. Saking indahnya Gwen Stefani melakukan shooting videonya yang berjudul Cool di sekitar Danau Como ini.

Seperti halnya Peninsula Sorrento di Selatan Italia, nama Bellagio sendiri cukup favorit dan menjadi idaman wisatawan asing yang datang ke Italia khususnya dari Amerika. Pesona yang dimiliki oleh Bellagio tentu saja berbeda dengan tempat tempat wisata yang terdapat di sekitar semenanjung Sorrento.

Danau Como (146m2), salah satu terluas ketiga di Italia setelah Danau Garda dan Danau Maggiore, ini mempunyai landscape yang luar biasa cantik karena lago di como juga merupakan kaki dari Pegunungan Alpen yang membentang dari tenggara Perancis, Swiss, Utara Italia, Austria hingga Bavaria Jerman mempunyai pesona yang luar biasa cantik.

Lago di Como, danau yang berbentuk seperti huruf Y terbalik, ini sukar ditempuh dengan menggunakan jembatan. Dari Milano (Milan) terlebih dahulu kita menuju ke kota Lecco untuk kemudian ke arah utara ke kota Varenna. Sepanjang jalan terlihat sepanjang danau dengan bukit-bukit Alpen diseberang dengan dihiasi perairan danau yang elok ini sempat dipakai sebagai shooting film James Bond, The Casino Royale. Jarak tempuh dari Lecco ke Varenna adalah sekitar 30 menit.

Musim panas adalah the best seasons apabila berkunjung ke Italia. Italia yang merupakan tropical country nya Eropa ini mempunyai tingkat kehangatan dan yang lebih terik dibandingkan dengan Eropa utara lainnya. Pada musim panas (akhir Juni – akhir Agustus) dengan temperature menyengat (28-35) sangat cocok untuk melakukan perjalanan musim panas di Italia. Berbeda dengan musim dingin, pemandangan danau akan terkesan suram, gelap, hujan, foggy ditambah tidak menyenangkan kalau bepergian dengan memakai mantel yang tebal. Sementara cuaca moderat di musim semi atau awal musim gugur masih lumayan lah, paling tidak masih bisa melihat blue skies dan segaranya udara.

Untuk menuju ke Bellagio dari arah Varenna terlebih dahulu dibutuhkan ferry penyeberangan dengan jarak tempuh k.l 30 menit. Ferry penyeberangan disediakan dermaga kecil untuk menyeberangkan mobil mobil dari arah Varenna menuju ke Bellagio mengingat danau Como yang berbentuk bintang yang tidak mungkin dihubungkan melalui jembatan.

Seperti halnya dengan kota-kota di Italia, kota Bellagio bukanlah kota yang besar, namun pesona kota resort yang berada do negeri spaghetti ini banyak menyihir wisatawan-wisatawan asing untuk melancong ke sana. Nuansa keharmonisan antara pesona danau, gususan pegunungan Alpen, dengan corak dan ragam villa-villa khas a la Italia ini memberikan kesan betapa eloknya perpaduan alam di kota resort ini.
Dari Dermaga, mobil dapat diparkir di parcheggio (tempat parkir) yang tidak jauh dari porto (dermaganya). Wisatwan tidak jauh untuk menikmati keindahan alam di Bellagio. Beberapa turis borguis nampak bersliweran dengan mobil-mobil antik dan berpakaian putih putih menambah suasana bahwa Bellagio memang pantas dikunjungi khsusunya bagi wisatawan yang mempunyai citra rasa tinggi.

Lanscape kota Bellagio yang pada Jaman Romawi Kuno mendapat julukan “la perla del Lago di Como” (mutiara dari Danau Como), mempunyai tingkatan dimulai dari dermaga danau, toko-toko, hotel dan restoran dan villa-villa menuju ke atas selayaknya daerah daerah resort pegunungan. Beberapa gallery mahal banyak dijumpai di seputar tempat turis. Beberapa toko-toko yang menjual handycraft yang menonjol dengan bahan dari linen, silk (ties, scarf), kemudian toko-toko yang menjual barang-barang antiques, jewelleries (gold, sterling silver), blown glass, kerajinan kulit (sepatu, tas. dll), olive wood articles, arts (lukisan, porcelein dan keramik), furniture accecories (glass, iron, silver plate, lamp, candellier), wine dan toko souvenir.

Tidak ketinggalan tempat di Bellagio juga banyak terdapat tempat makam (ristorante) dengan menu Italian food tentunya, namun biasanya untuk makan ditempat-tempat turis seperti ini cukup mahal, ini tidak berlaku di Bellagio saja tetapi juga di hampir seluruh tempat tempat wisata di Italia. Karena menikmati makanan/minuman di daerah turis itu ibaratnya kita akan makan sambil diselingi tempat-tempat panorama wisata yang cantik dan elok.

Untuk menyiasatinya kita bisa menghindari tempat-tempat makan itu dengan mencoba keluar sedikit dari kota (sekitar 5 km dari daerah resort) di sepanjang jalan antara Bellagio – Lecco (arah balik) pasti terdapat beberapa ristorante atau tratoria dengan menu dan harga yang lebih pantas. Perbedaan antara ristorante dan tratoria hanya terletak pada specialities yang disajikan, tratoria selalu lebih menyedikan culinary daerah setempat.

Silakan pesan makan kesukaan anda seperti pizza yang banyak terdapat disemua restoran atau menu-menu seperti antipasti (appetizer) seperti bruscetta, primi piatti (makanan pertama) yaitu makanan berupa karbohidrat seperti pasta, rissotto, spagghetti yang tentu saja banyak ragamnya dan secondi piatti (makanan kedua) seperti grilliatta di manzo (sapi), vittella (sapi muda), pesce (ikan : oratta, spigola) yang tentu saja dengan khasnya olive oil, pomodorino dan mozzarella, makanan yang lebih sehat dan tentu saja lezat. Apalagi kalau kita manjakan dengan gellato (ice cream) atau vino (wine), lemoncello (minuman beralkohol rasa lemon) dan caffe (sebutan espresso untuk Italia). Photo by Sonny Sulaksono

Wednesday, March 10, 2010

Daging Kerbau Dalam Kuliner Khas Kudus


[KUDUS-My Chronicle] Beberapa teman saya sempat terkejut? "Hah, daging kerbau?". memang bagi yang tidak terbiasa pasti merasa jijik dengan dengan kerbau. Bagi masyarakat Kudus, konsumsi daging kerbau boleh dibilang sangat "biasa". Pada umumnya, masyarakat lebih terbiasa dengan daging sapi, ayam atau kambing. Tapi daging kerbau, hanya bisa di konsumsi masyarakat daerah tertentu.

Konon di Vietnam, masyarakatnya sangat terbiasa dengan makan segala macam binatang, dari yang reguler seperti sapi, ayam, kambing, maaf masyarakat Vietnam sudah terbiasa makan dengan daging dari bermacam-macam binatang, dari kucing, musang, tikus, ular dan anjing. Konon kebiasaan mereka memakan binatang-binatang ini karena mereka survive dengan keadaan mereka yang kenyang dengan peperangan baik dengan China selama 1000 tahun, dengan Perancis pada waktu penjajahan kolonial hingga Amerika Serikat yang mendukung Vietnam Selatan yang pro nasionalis dari sosialis/komunis Vietnam Utara meskipun akhirnya cita-cita Presiden Ho Chi Minh untuk menjadikan Vietnam reunifikasi tercapai pada akhirnya. Namun, orang-orang Vietnam pantang untuk memakan daging kerbau. Menurut kepercayaan mereka daging kerbau itu beracun. Mereka memakan daging yang menjijikkan seperti tikus, ular dan kucing tapi tidak dengan kerbau.

Masyarakat Indonesia pada umumnya lebih mengenal daging sapi ketimbang daging kerbau. Menurut sementara orang daging sapi relatif lebih merah dan berserat lembut. Sedangkan daging kerbau seratnya lebih kasar dan berwarna kehitaman. Namun bagi yang terbiasa tidak ada masalah untuk mengkonsumsi daging kerbau tersebut. Di Kudus, muncul beberapa variasi makanan yang mencampurkan daging kerbau sebagai pelengkap hidangannya. Selain soto ayam, soto kerbau juga mudah didapat di beberapa tempat penjual soto. Karena pembeli dapat memilih soto ayam ataukah soto kerbau.

Tidak hanya soto beberapa makanan lain yang mencampurkan daging kerbau sebagai alternatif adalah "pindang". Pindang adalah sejenis makanan khas Kudus yang kuahnya tidak jauh berbeda dengan rawon dari Surabaya. Nasi pindang ini disajikan dengan khas seperti piring yang diberi alas daun pisang dan "suru" (sendok dari daun pisang). Kuah pindang disajikan dengan daun so (daun melinjo) dan potongan daging kerbau. Penjual bisanya menawarkan pelanggan apakah perlu menambahkan lauk seperti usus atau iso, babat, paru atau jerohan lainnya sebagai pelengkap dan penyedap makanan. Bagi yang terkena kolesterol diharapkan untuk tidak perlu menambahkan jerohan kerbau ini kedalam makanan tersebut. Hal ini juga berlaku bagi soto kerbau. Beberapa penjual soto juga menjual nasi pindang sebagai variasinya tambahannya.

Selain Soto dan pindang, variasi lainnya adalah sate kerbau. Tidak jauh berbeda dengan sapi, maka sate kerbau juga dibuat dari daging yang digiling dan dibumbui kemudian dibentuk pada tusukan sate yang terbuat dari bambu dan dibentuk pipih sehingga berbeda dengan tusuk sate ayam. Sate dibakar dan dibumbui dengan bumbu kacang atau kecap. Sate kerbau ini rasanya agak manis dan mereka yang tidak terbiasa akan menganggap sate ini terlalu manis.

Daging sapi sangat tidak lazim dipasarkan di Kudus. Kalau adapun biasanya penyembelihannya dari luar daerah Kudus seperti dari Semarang atau Kabupaten Pati. Bakso Sapi memang banyak dijual belikan di daerah Kudus. Namun tambahan kuah atau guntingan daging (bakso kuah daging) biasanya ditambahkan daging kerbau. Bahakan tidak jarang karena sulitnya dagaing sapi beberapa penjual bakso membuatnya dari daging daging kerbau.

Pada acara kenduri atau selamatan, warga Kudus banyak membuat masakan sejenis kenduri atau "rasulan" yang dibuat dari daging kerbau yang dibumbui atau semacam empal daging kerbau. Lebih spesifik lagi pada waktu Idul Adha atau Hari Raya Kurban beberapa pihak yang berkeinginan menyembelih binatang kurbanpun banyak yang berkurban dengan Kerbau sebagai sumbangan untuk Kurban di masjid-masjid atau di beberapa tempat penyembelihan binatang.

Lalu apa yang menyebabkan konsumsi kuliner di Kudus didominasi dengan daging kerbau ketimbang daging sapi ? Hal ini tidak lepas dari masalah budaya yang melatar belakangi masyarakat di Kudus. Pada waktu penyebaran agama Islam oleh Walisongo. Untuk bertoleransi dengan masyarakat Hindu yang agama sebelumnya banyak dianut oleh masyarakat di Selatan Gunung Muria ini dititahkan untuk tidak menyembelih binatang sapi.

Sapi adalah binatang yang dianggap suci oleh pemeluk agama Hindu. Sunan Kudus dengan toleransi umat beragama yang tinggi untuk menarik perhatian mereka agar tertarik untuk memeluk agama Islam, maka tidak memperkenankan masyarakat itu untuk menyembelih sapi. Keyakinan tersebut hingga sekarang diyakini oleh masyarakat Kudus dan sekitarnya untuk tidak menyembelih sapi di daerah tersebut.

Tidak saja penyembelihan sapi, bentuk Mesjid Menara Kudus pun mirip sekali dengan bentuk pura Hindu yang banyak terdapat di Bali. Begitulah toleransi umat beragama di daerah Kudus yang hingga kini masih dipertahankan, meskipun beberapa kali terjadi penyembelihan sapi untuk kurban, namun kegemaran masyarakat Kudus menggemari daging kerbau hingga kinipun masih tetap menjadi tradisi. Tidak ada rotan akarpun jadi, tidak ada daging sapi, daging kerbaupun tetap enak untuk dikonsumsi. Silakan menikmati daging kerbau pada kuliner di Kudus.

Monday, March 8, 2010

Potensi Industri, Perdagangan dan Kuliner Kota Kudus

Kudus, kategori kabupaten terkecil di seluruh pulau Jawa. Meskipun kecil tapi kaya akan potensi. Siapa nyana kalau dibalik kecilnya kecil ini melaju pesat sebagai penyokong utama bea dan cukai rokok terbesar di indonesia. Bayangkan apabila kota sepecil kota Kudus ini mendapat cipratan 10 persen dari hasil cukai rokok bisa dibayangkan akan sangat makmur. Sayang hal tersebut tidak disetujui oleh Pemerintah Pusat karena dikhawatirkan daerah-daerah yang mempunyai potensi serupa akan menuntut hal yang sama.

Banyak yang tidak menyangka bahwa menurut vesri majalah Forbes tahun 2009 orang terkaya di Indonesia adalah dari perusahaan rokok terkemuka yang berbasis di Kudus. Djarum Kudus, perusahaan rokok kretek yang saat in merambah ke bisnis lain seperti elektronik, rotan dan properti. Di bidang properti Djarum sekarang berjaya dengan superblok terkemuka Grand Indonesia Shopping Town lengkap dengan Hotel Kempinski dan BCA Tower yang terletak di jantung ibukota Indonesia ini.

Industri

Dengan basisnya di kota sekecil Kudus ini, Djarum dapat memberikan manfaat tidak saja dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan saja, tetapi juga hal lain seperti pemajuan bidang olah raga seperti Badminton (bulu tangkis) dengan PB Djarumnya yang sejak tahun 70an menelorkan jagoan jagoan bulu tangkis kaliber internasional seperti Liem Swie King, Hastomo Arbi dan lain-lain. Selain itu kota Kudus yang gersang dan panas dapat dihijauan dengan berbagai variasi pohon-pohon penghijauan tropis yang sejak tahun 1979 ditanam diseluruh ruas jalan disepanjang kota Kudus. Tahun ini ruas jalan antara Semarang - Kudus (kurang lebih 52 km) diuapayakan penghijauan dengan menanam tanaman trembesi sebagai langkah kepedulian perusahaan tersebut terhadap lingkungan.

Tidak hanya Djarum yang memakai embel-embel "Kudus" sebagai perusahaan besar yang beroperasi d Kudus ada juga perusahaan lain seperti Pura Barutama, perusahan packaging dan juga percetakan besar. Juga perusahaan rokok lainnya dari sekali besar, menengah hingga kecil lainnya seperti PR Nojorono, Jamboe Bol, Sukun dll.

Perdagangan

Dalam masalah pembangunan meskipun tidak begitu pesat, namun apabila dibandingkan dengan kota-kota lain yang lebih besar potensi industri dan infrastruktur lainnya tidak kalah besar. Sebelum munculnya mall dan shopping center lainnya di beberapa kota-kota kecil di Jawa Tengah lainnya, Kudus sudah lebih dari dua puluh tahun sudah mempunyai mall/pusat pertokoan besar lengkap dengan Matahari sebagai the main tenant nya juga dilengkapi dengan Matahari Time Zone, food court, dan bioskop 21. Meskipun keadaanya sudah memprihatinkan Plaza Kudus menurut rencana akan direnovasi dan dikembangkan dengan Kudus Extension Mall disebelahnya (tempat parkir) yang tahun 2011 sedang dibangun pusat perbelanjaan lainnya dengan Hypermart sebagai tenant utamanyanya yang akan melengkapi pusat perbelanjaan di Kudus setelah di Alun ALun Simpang 7 juga dimanfaatkan sebagai Mal Kudus dengan Ramayana sebagai main tenantnya dan KFC. Tidak dapat dipungkiri Kota Kudus sepertinya mempunyai daya magnet sejak tahun tahun sebelumnya khususnya di daerah-daerah sekitarnya seperti Jepara, Pati, Demak, Purwodadi, Rembang dan Blora. Apalagi Pasar Kliwon Kudus saat ini menjadi pusat grosir dan perkulaan yang paling lengkap di kawasan itu.

Kuliner

Kuliner di Kudus, sangat spesifik. Soto Kudus saat ini meskipun tidak dicanangkan telah menjadi salah satu variasi makanan nasional. Soto Kudus menjadi salah satu variasi soto selain soto Betawi, Soto Padang, Soto Madura, Soto Banjar dan lain-lainnya. Di Jakarta Soto Kudus sudah sangat populer dan mudah di dapat dimana-mana. Aroma bawang putih dan kuah yang gurih dan segar Soto Kudus ini berbeda dengan soto-soto lainnya. Soto Pak Denuh hingga sekarang turun temurun masih banyak diserbu penggemar kuliner yang sedang mampir ke Kudus. Masyarakat Kduus sendiri memang suka "ngiras" istilah jajan di warung. Soto-soto lainnya yang terkenal adalah Soto Pak Ramijan, Karso Karsi dan beberapa warung soto di Taman Bojana. Pada umumnya warung-warung soto ini tidak buka cabang di luar Kudus. Hanya Jatmi, yang sekarang buka di Jakarta Barat. Konon untuk mempertahankan citra rasa aslinya, Jatmi mendatangkan "air" aslinya dari Kudus sebagai bahan untuk kuah sotonya. Beberapa kuliner asli Kudus antara lain adalah pindang, lenthog tanjung (lontong, sayur nangka dan semur putih), tahu lontong dan jenang. Saat ini jenang menjadi komoditi istimewa untuk oleh-oleh khas dari Kudus yang dipacking sangat modern.

Wednesday, March 3, 2010

I Love Train

"I love train"......itu semboyan saya, cuma masalahnya di Jabodetabek ini keretanya kurang memuaskan. Saya baca di majalah Kereta Api kalau yang wara wiri di Jabodetabek itu kereta Jepang buatan 1968 (tahun ketika saya lahir) yang sudah dibuang dari induknya celakanya kitalah yang mau menampung sampahnya.

Memang setelah diservis kondisinya bisa dipakai dan melaju yang kata orang Jepang yang dulu pernah pakai bertepuk tangan karena bisa melihat nostalgia kereta mereka yang diadopsi di Indonesia. Namun masalahnya pengguna semakin banyak dan infrastruktur semakin digiatkan pada kabinet SBY sekarang, sebaiknya lebih mentereng dikit, masa seh kita gak mampu beli gerbong yang lebih layak, bukannya apa apa orang-orang yang sok kaya di Jakarta masih "sinis" kalau bilang kita naik kereta, bagi mereka lebih baik macet ria dengan mobil pribadi ketimbang naik kereta yang menurut mereka "kampungan" atau "ah kereta kan hanya untuk orang miskin! dan bau kambing".

Kalau diperhatikan kereta bikinan PT INKA Madiun lebih bagus cuma dibilang "mahal" loh gimana mau meningkatkan dan membangkitkan orang naik kereta kalau keretanya sebenarnya adalah kereta "buangan" yang kurang bikin menarik atau berganti menggunakan kereta.

Di Eropa yang saya lihat memang tidak semua kereta bagus, tapi masih terpelihara baik dan bersih, syukur deh kereta jabodetabek yang kelas ekspress/AC Ekonomi masih lumayan bersih tapi alangkah baiknya kalau gerbongnya ditingkatkan yang lebih modern dan sophisticated meskipun harga ticketnya sedkit lebih mahal asal nyaman, tepat waktu dan bermanfaat, paling tidak mengurangi kemacetan lalu lintas di Jakarta.

MapLoco


Visitor Map