Tuesday, April 29, 2008

Dubes RI Roma Serahkan 36 Paspor Kepada Anak dari Pasangan Kawin Campur Italia- Indonesia

Rasa haru menyelimuti wajah para ibu ketika Duta Besar RI Roma, Susanto Sutoyo ketika memberikan paspor kepada para 36 anak dari pasangan kawin campur antara Indonesia-Italia. “Akhirnya anakku menjadi menjadi Warga Negara Indonesia, anakku tidak lagi orang asing di negaraku”, demikian ungkapan dengan isak tangis seorang Ibu dalam acara yang diselenggarakan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Roma bekerjasama dengan organisasi KPC (Keluarga Perkawinan campuran) Melati Worldwide, dimana misi dan visi organisasi tersebut berada di bawah naungan “Aliansi Pelangi Antar Bangsa” (APAB), tim avokasi yang ikut andil memperjuangkan dwikewarganegaraan sejak bulan September 2002.

Acara Penyerahan paspor Indonesia dan Temu Muka yang mempertemukan antara Duta Besar RI Roma, Susanto Sutoyo dengan masyarakat Indonesia, dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 26 April 2008 di Vicenza. Acara antara lain dihadiri oleh lebih dari 116 orang, tidak saja dari keluarga pasangan kawin campur tetapi juga para mahasiswa yang sedang tugas belajar di Italia. Keluarga pasangan kawin campur Indonesia-Italia tersebut antara lain berasal dari berbagai wilayah utara Italia yaitu Udine, Taipana, Pordenone, Fiume Veneto, Castelfranco, San Dona Piave, Milano, Monza, Novara, Brescia, Bergamo, Piacenza, Mantova, Corbetta, Verbania, Torino, Sanremo, Bolzano, Forli, Lavis dan yang paling jauh dari Machi, menyatakan kebanggaan bisa bertemu dan menerima paspor anak langsung dari Dubes RI Roma.

Dalam sambutannya, Duta Besar RI menyampaikan bahwa UU Kewarganegaraan No.12 Tahun 2006 bersifat konservatif, masih memegang azas tunggal kewarganegaraan sehingga dibatasi hanya sampai usia 18 tahun. Lahirnya UU ini tidak terlepas dari desakan kuat para warga kawin campur untuk dapat menampung permasalahan yang dihadapi. Harapan para Ibu masih terbuka kemungkinan disetujui dwi kewarganegaraan anak sampai seterusnya.


Ditambahkan pula bahwa menjalani hidup sebagai pasasangan kawin campur bukanlah hal yang mudah. Selalu ada hal-hal yang membuat berbeda antara lain latar masalah latar belakang budaya. Namun diharapkan masalah tersebut jangan menjadi kendala. Dengan masuk sebagai keluarga kawin campur, seharusnya sudah sejak awal sudah bisa menerima perbedaan tersebut sehingga dapat membina keluarga dengan baik. Manfaat dari dwi kewarganegaraan sangat besar, bukan hanya apabila kembali ke tanah air dapat segera kembali tanpa harus minta visa, namun yang penting memiliki daya perlindungan dan kepastian hukum yang jelas.

Dubes RI Roma juga mengharapkan agar dapat tumbuh tanggungjawab para orang tua khususnya para ibu, walaupun memang hak individual, untuk terus memberikan pelajaran tentang budaya Indonesia, namun paling tidak tetap mempertahankan budaya Indonesia. Kehidupan masyarakat Italia sebenarnya hampir sama dengan Indonesia, dekat dengan orang tua, sehingga tidak jadi kendala bagi para ibu dalam mendidik anak. Selanjutnya, Dubes RI Roma menambahkan bahwa keluarga kawin campur memberi peluang, mempermudah tugas KBRI yang senantiasa mendorong hubungan erat kedua negara. Untuk itu, bagi masyarakat Indonesia dan keluarga pasangan kawin campur, diminta tetap mendorong hubungan kedua negara tetap lancar dan mencoba setiap peluang yang ada.

Setelah penyerahan paspor, seorang wakil ibu memberikan sambutan bahagia atas disetujui dwi kewarganegaraan bagi anak-anak mereka. Mengungkapkan kebanggaan anak yang dikandung menjadi warga negara Indonesia walaupun sampai usia 18 tahun dan masih berharap diberikan pemerintah untuk selamanya. Dalam sambutannya, disampaikan juga harapan kiranya kepada para suami warga Italia, diberikan permanent resident oleh pemerintah Indonesia, seperti yang mereka peroleh di Italia, karena para suami juga sangat cinta Indonesia.

KBRI Roma telah memproses 59 usulan kewarganegaraan RI dan seluruhnya telah disampaikan kepada Departemen Hukum dan HAM, telah diperoleh 37 persetujuan. Persetujuan perdana dwi kewarganegaraan telah disampaikan langsung pada pertemuan di Milan bulan Oktober tahun yang lalu. Disela-sela acara, Fungsi Konsuler membuka Warung untuk layanan kekonsuleran bagi masyarakat Indonesia maupun keluarga Italia pasangan kawin campur. Saat itu dapat diselesaikan 49 layanan kekonsuleran terdiri dari pengajuan kewarganegaraan RI (9); visa sosial budaya (13); pergantian paspor lama (7); perpanjangan paspor (8) dan lapor diri (9). Demikian juga dilakukan Pendataan Pemilih untuk Pemilu 2009 bagi warga Indonesia yang selama ini belum mendaftar.


Reports by Rachmaida Ginting
Edited by Pramudya Sulaksono

Thursday, April 24, 2008

Konferensi Pers untuk Memperkenalkan Asosiasi Persahabatan dan Kerjasama Italia-Indonesia


Asosiasi Persahabatan dan Kerjasama Italia-Indonesia (Associazione per la Cooperazione, Economica e Sociale Tra L’Italia e L’Indonesia) telah mengadakan sebuah Konferensi Pers yang bertujuan memperkenalkan Asosiasi tersebut kepada publik di Italia pada tanggal 21 April 2008 bertempat di Sala Stampa del Parlemente, Camera dei deputati, Via della Missione 4, Roma, Italia.

Konferensi Pers antara lain dihadiri oleh Ketua Asosiasi Hon. Sandra Cioffi -- anggota Komisi III Chamber of Deputies Italia yang membawahi hubungan luar negeri -- dan Executive Board/Board of Administration Asosiasi yang terdiri dari anggota parlemen, pengusaha, akademisi, seniman dan budayawan, para Indonesianis (pecinta Indonesia) di Italia. Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LB&BP) RI untuk Republik Italia, Malta, Cyprus dan Badan-Badan PBB FAO, IFAD dan WFP, Susanto Sutoyo juga berkesempatan hadir dengan didampingi oleh beberapa home staff KBRI Roma.

Dalam pernyataannya, Hon. Sandra Cioffi mengemukakan bahwa sudah saatnya melakukan aktivitas konkrit untuk memajukan kerjasama kedua negara melalui Asosiasi ini, sehingga diharapkan hubungan Italia-Indonesia akan semakin meningkat melalui kunjungan antara pejabat pemerintah, anggota Parlemen, wisatawan kedua negara. Untuk itu perlu adanya kerjasama yang erat di bidang budaya, peningkatan kerjasama antara Universitas antara kedua negara.

Selanjutnya, dalam sambutannya, Duta Besar RI Roma antara lain menyambut baik terbentuknya Asosiasi ini seraya menyampaikan bahwa di produk produk Italia sudah sangat populer di Indonesia. Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial bagi pasar Italia sebagai penghubung untuk negara-negara di AsiaTenggara dan Pasifik, disamping itu Duta Besar RI juga mendorong masyarakat Italia untuk mengunjungi Indonesia yang kaya dengan budaya dan keindahan alamnya. Untuk itu Dubes RI percaya bahwa dengan terbentuknya Asosiasi ini maka jarak antara Indonesia dan Italia bukan merupakan kendala

Proses pendirian Asosiasi Persahabatan dan Kerjasama Italia-Indonesia ini memakan waktu cukup panjang, yaitu sekitar dua tahun dan secara administratif Asosiasi ini telah berdiri setelah penandatanganan MoU dan Statuta antara Ketua Asosiasi dengan Dubes RI Roma pada tanggal 10 Maret 2008 di KBRI Roma.

Aktivitas


Asosiasi Persahabatan dan Kerjasama Italia-Indonesia ini dibentuk atas dasar inisiatif pada level pemerintah dan parlemen untuk meningkatkan kontak dan saling kunjung antara anggota parlemen kedua negara sehingga dapat mendukung peningkatan kerjasama bilateral di bidang ekonomi, sosial dan budaya. Sementara pengaturan di dalam asosiasi ini dikoordinasikan melalui sektor dan kelompok-kelompok khusus yang dibentuk dengan harapan dapat lebih meningkatkan kerjasama di berbagai bidang.

Selanjutnya diharapkan juga bahwa Asosiasi akan secara aktif dapat melakukan promosi untuk peningkatan saling kunjung dan kerjasama (joint ventures) antara perusahaan-perusahaan Italia dan Indonesia melalui riset dan penggunaan kesempatan-kesempatan potensial termasuk bekerjasama dengan partner lokal dari Asosiasi. Pelaksanaan kegiatan tersebut akan selalu dikoordinasikan dengan lembaga-lembaga pemerintahan dari kedua negara dimulai dari perwakilan diplomatiknya.

Disamping itu, Asosiasi juga mengupayakan keterlibatan sebanyak mungkin perwakilan dari lembaga dan perusahaan Italia, termasuk di bidang kebudayaan dan ilmu pengetahuan, untuk memperkenalkan Asosiasi ini pada instansi Pemerintah Indonesia yang bergerak di bidang politik dan budaya untuk melakukan kunjungannya ke Italia.

Sementara tujuan lainnya adalah bahwa Asosiasi akan memberikan informasi baik kepada partner dan lembaga serta perusahaan yang terkait dengan asosiasi, mengenai kesempatan perdagangan dan investasi langsung yang ditawarkan oleh program pembangunan yang dikembangkan di Indonesia. Lebih lanjut Asosiasi juga akan mengorganisir dan mengkoordinasikan perusahaan-perusahaan Penanaman Modal Internasional Italia yang tertarik untuk mengembangkan usahanya di pasar internasional.

Hal yang perlu dipenuhi dari aktivitas ini adalah adanya melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga di tingkat lokal (Region, Provinsi and Comune), lembaga terkait, KADIN dan industri yang beroperasi di wilayah tersebut. Kesepakatan kerjasama antara Universitas, lembaga penelitian, dan lembaga studi strategis di Indonesia dan di italia untuk bersama-sama mengembangkan kerjasama dan penelitian di bidang-bidang strategis seperti energi, keamanan dan governance juga diharapkan akan terdorong.

Sebelumnya Asosiasi Persahabatan dan Kerjasama Italia-Indonesia ini beberapa kali telah beberapa mengadakan pertemuan antara lain pada tanggal 15 November 2006, bertempat di Sala San Claudio, Camera dei Deputati, Roma, Asosiasi telah mengadakan Pertemuan yang bertujuan untuk mempromosikan Asosiasi dihadiri oleh delegasi dari parlemen Indonesia, deputi, senator, jurnalis dan para pengusaha Indonesia. Pertemuan ini dihadiri pula oleh Duta Besar RI Roma. Kemudian pada tanggal 27 Maret 2007 bertempat di Sala delle Colonne, Camera dei Deputati, Roma, Asosiasi Italia-Indonesia ini juga telah mengadakan Pertemuan dan Presentasi Publik.

Program


Beberapa Program Asosiasi Persahabatan dan Kerjasama Italia-Indonesia yang telah dijadwalkan untuk tahun 2008 antara lain adalah melakukan Kunjungan Delegasi Italia (dengan Ketua Asosiasi) untuk melakukan pertemuan dengan para pejabat dan contact persons di Indonesia, sementara waktu dan tempat akan ditentukan kemudian. Pada Musim Gugur 2008 (September – Desember), Asosiasi akan mengadakan Konferensi Indonesia-Italia dengan tema : Peningkatan kerjasama antara kedua negara.

Seterusnya program program lainnya yang waktu dan tempatnya belum dipastikan antara lain adalah melakukan studi banding dengan mengirimkan pengusaha Italia ke Indonesia dan sebaliknya, Pertukaran kebudayaan dan pengetahuan antara dua negara dan peningkatan ICT (Information, Communication and Technology), Presentasi Produk Italia “Made in Italy” di setiap pameran di Indonesia serta mengadakan kursus pelatihan dan pengembangan untuk Asosiasi.

Asosiasi ini merupakan wahana potensial bagi pengembangan kerjasama antara Indonesia dan Italia yang apabila dikembangkan secara maksimal, akan membawa manfaat yang besar bagi Indonesia. Dengan pendirian Asosiasi ini, hubungan bilateral Indonesia dan Italia menjadi semakin erat karena Asosiasi ini dapat memfasilitasi kerjasama antara kedua negara di berbagai bidang pada tingkat grass root yang akan meningkatkan people-to-people contact.
Reports and Photo by Pramudya Sulaksono

Monday, April 14, 2008

Tingginya Biaya Hidup Mahasiswa-mahasiswa Asing di Italia


ROMA (ITALIA), Harian Kota Roma “Leggo” tanggal 19 Maret 2008 telah memberitahukan bahwa Kota Roma dianggap kota yang tidak ramah khususnya kepada mahasiswa mahasiswa asing yang sedang mengikuti pendidikannya di kota Roma pada umunya dan Italia pada khususnya. Hal ini disebabkan karena Kota Roma dianggap sangat mahal dan tidak mempunyai jaminan terhadap masalah harga penginapan yang memadai bagi para mahasiswa asing serta mengingat bahwa bahasa Inggris bukan bahasa yang sangat umum digunakan oleh masyarakat Italia. Demikian pendapat yang berhasil dikumpulkan oleh berbagai kalangan para mahasiswa atau pelajar yang sedang mengikutin program pertukaran mahasiswa hasil seleksi beasiswa Erasmus yang dimuat dalam majalh pelajar,”Studenti Magazzine” dan perkumpulan mahasiswa “Erasmus Student Network Italia”.

Dikatakannya bahwa pada umumya harga barang barang sangat tinggi, sementara peraturan universitas juga membingungkan, demikianlah persoalan yang banyak dihadapi para mahasiswa asing yang datang ke Italia untuk belajar. Sebanyak 89% mahasiswa yang diwawancarai mengeluhkan bahwa mereka telah mengeluarkan lebih banyak pengeluaran mereka selama di Italia di banding negara-negara mereka berasal. Pada umumnya yang dikeluhkan mereka adalah harga kamar kost yang mahal (69%) kemudian harga makanan (14,4%) dan biaya-biaya lainnya termasuk hiburan (12,6%).

Namun hanya 4% yang menyatakan bahwa harga buku di Italia sangat mahal. Disamping itu tempat kost selain mahal juga sangat sulit untuk diketemukan, sementara 66% mengatakan mempunyai kesulitan menemukan tempat tinggal.

Tempat tinggal sangat sulit ditemukan hal ini disebabkan karena harga sewa yang terlalu mahal dan kondisi kamar yang tidak sepadan dengan harga yang dibayar (harga standar tempat kost untuk pelajar dan mahasiswa berkisar antara €250 hingga €350 per orang per bulan belum lagi biaya lain lainnya). Kemudian hal lain adalah masalah rasisme karena tidak semua orang Italia mau menyewakan kamarnya untuk orang asing. Kadang-kadang juga tidak terdapat kontrak perjanjian antara penyewa dan yang menyewakan kamar.

Ketidakadanya kontrak ini sering mengakibatkan kerugian bagi si penyewa kamar, karena tidak adanya garansi bagi penyewa untuk kepastiaan penggunaan masa sewa untuk kamar yang disewakan seringkali si penyewa dengan semena-mena pengusir penyewa.

Sementara itu peraturan universitas yang membingungkan banyak dikeluhkan oleh para mahasiswa asing mengenai peraturan tata cara mendaftar di universitas di italia yang digambarkan sangat membingungkan dan tidak efisien. Seperti penggunaan situs internet untuk kemudahan siswa yang masih belum sempurna dan efisien ditunjang dengan sedikitnya pegawai yang dipekerjakan dibagian administrasi yang menyebabkan sering terlambatnya urusan administasi bagi para mahasiswa. Namun keluhan tersebut lebih banyak ditunjukan untuk universitas negeri dan bukan untuk universitas swasta. Dikabarkan juga bahwa sebanyak 88% dari siswa asing justru merasa puas dengan pelayanan universitas swasta.


Saat ini terdapat beberapa mahasiswa baik yang sedang mengikuti baik beasiswa dari Erasmus, MAE (Kemlu Italia) maupun mahasiswa dengan biaya sendiri yang sedang mengikuti pendidikan baik di kota Roma maupun tersebar di kota kota lain di Italia seperti Siena, Perugia, Firenze, Ferarra, Trieste, Bolzano, Trento, Torino dan Milano. Tercatat beberapa mahasiwa-mahasiswa Indonesia di Roma tersebar mengikuti jenjang baik S1, S2, mapun tingkat doktoral atau PhD (S3) di beberapa Universitas seperti Universitas La Sapienza, Universitas Tor Vergata, Roma Tre dan universitas swasta lainnya.

Sebagaimana uraian di atas permasalahan serupa juga banyak dialami oleh mahasiswa-mahasiwa Indonesia di Roma maupun kota-kota lain di Italia terutama mengenai sulitnya mendapatkan tempat tinggal maupun mahalnya sewa kamar dan biaya-biaya lainnya. Rata-rata uang jaminan hidup bagi para peserta beasiswa mahasiswa Indonesia di Italia adalah berkisar antara €650-750 per bulan sementara untuk tempat tinggal sekitar €300 s/d €500 per bulan per kamar tergantung kondisi dan lokasinya.

Beberapa permasalahan lain yang berhasil dihimpun terhadap kondisi mahasiswa-mahasiswa Indonesia di Italia adalah masalah sulitnya memperoleh permesso di seggiorno (ijin tinggal) karena lambatnya administrasi birokrasi di Italia yang menyebabkan ketidakleluasaan bergerak bagi mahasiswa mahasiwa Indonesia untuk urusan pulang pergi kembali ke Indonesia dan beberapa pengalaman dari para mahasiswa sebelumnya mereka baru memperoleh permesso di seggiorno tersebut setelah mereka menyelesaikan pendidikan mereka.. Disamping itu, beberapa dari mahasiwa Indonesia juga mengeluhkan keterlambatan turunnya dana beasiswa mereka.


Terjemahan oleh Tine Yulianti
Editor oleh Pramudya Sulaksono untuk My Chronicle

Wednesday, April 9, 2008

Universitas di Italia : Didominasi oleh Kaum Pria

Secara tradisional universitas adalah tempat bagi kaum pria. Beberapa gelar kesarjanaan Strata 2 agaknya masih merupakan bidang studi yang tertutup bagi kaum hawa. Namun dilain pihak universitas juga merupakan cermin dari kehidupan sosial di suatu negara. Menuurt Eleonora Palma 40 tahun, yang mengatakan bahwa sangat beruntung bekerja dengan rekan kerjanya yang memperoleh pekerjaan bukan dari hasil KKN namun betul-betul karena hasil dari kemampuan mereka. Eleonora Palma merupakan salah satu dari sedikit wanita muda yang menjadi professor wanita di fakultas kedokteran Universitas La Sapienza di Roma

Situasi yang sedang dihadapi Universitas nomer satu di Roma itu, juga mencerminkan keadaan yang setara yang dihadapi seluruh universitas di Italia. Banyak mahasiswi yang mendaftar, lulusan sarjana dan beberapa peneliti, jumlah penelit wanita adalah sekitar 44,8% dan 55.2% adalah pria. Sedangkan perhimpunan sarjana universitas 37,4% wanita dan 62,6% adalah pria, dengan 16% dosen wanita (karir tertinggi di universitas) lebih tinggi dibanding universitas lainnya ditingkat nasional. Hal ini mencerminkan keadaan La Sapienza adalah universitas lebih baik dari dari universitas-universitas lainnya di Italia, dengan 19,4% dosen wanita dan 80,6% dosen pria. Situasi yang dihadapi universitas La Sapienza juga terjadi di universitas lain di negara–negara Eropa lainnya demikian dikatakan oleh professor wanita, Marisa Occhionero dosen di fakultas ilmu statistik yang belum lama menjadi dosen karena sebelumnya sejak tahun 1980 mendedikasikan hidupnya untuk mempelajari hak-hak azasi perempuan dan beberapa tahun berkarir di kementrian bidang sosial dan kesamaan hak.

Menurutnya wanita pertama yang memegang gelar kesarjanaan di Italia ini dimulai hanya sejak tahun1890 mengingat beberapa ratus tahun lebih sebelumnya tidak ada wanita yang bergelar sarjana, gelar ini hanya diberuntukan khusus untuk pria sedangkan umur universitas tertua di Italia adalah kira 800 th. Diharapkan di era modern ini akan lebih banyak gelar kesarjanan yang dapat diraih oleh kaum hawa, mengigat banyaknya jumlah pendaftar wanita untuk belajar di universitas. Sekarang mulai terlihat lebih banyak kaum hawa yang mendaftar di fakultas-fakultas yang biasanya adalh pilihan favorit kaum pria seperti fakultas teknik, matematika sajen dan kedokteran.

Yang menjadi pertanyaan, mengapa masih sedikit kaum hawa yang berkarir dan mendapat kesempatan berkarir di universitas? Seperti contohnya Laura Mosca dosen pertama di fakultas hukum menjabat jabatan itu hanya baru 4 tahun yang lalu dan kepala fakultas pertama wanita di fakultas filosofi dan fakultas statistika dimulai hanya beberapa tahun lalu. Hal ini terjadi karena kaum pria lebih menyukai melakukan kolaborasi dengan sesama kaum pria dibidang pekerjaan dan dan tidak menyukai mempunyai atasan wanita. Hal ini akan menjadi lebih menarik sekali bila kita membandingkan keadaan situasi ini di Amerika Serikat dimana hal yang dialami di Italia tidak terjadi di sana contohnya persaingan politik antara Hillary Clinton dan Barak Obama.

Tapi tidak semua kaum pria membenci bila harus bekerja bersama-sama dengan kaum hawa ada juga sebagian kaum pria yang sebaliknya seperti yang dikatakan Fabrizio Eusebi, direktur di laboratorium fisiologi manusia yang menyatakan bahwa bekerja dengan kaum hawa menurutnya lebih baik karena banyak dari kaum hawa lebih pintar dari kaum pria, pada umunya kalau bekerja sangat teliti, bertanngung jawab, berdedikasi untuk pekerjaannya dan dalam menilai rekan kerja dan bawahan, mereka lebih menilai kemampuan sesorang bukan hal-hal lainnya yang tidak sesuai dengan bidang kerjanya serta dalam bekerja kaum hawa lebih dengan kesungguhan hati dan bersemangat dalam arti yang sehat sedangkan kaum pria lebih untuk mengejar kekuasaan, dan lagi lanjut Eusebi di Negara-negara dengan keadaan ekonomi maju dan kesempatan mendapat kedudukan yang sama antara kaum pria dan kaum hawa, bila hanya menggunakan 50% kapasitas otak kita tentu keuntungan yang akan diraihpun tidak akan optimal.


Reports by Tine Yulianti
Edited by Pramudya Sulaksono
Photo by Pramudya Sulaksono

Dubes RI Roma Resmikan Puskesmas Alba-Nizza di Gantiwarno, Klaten, Bantuan Warga Kota Alba dan Nizza, Italia

Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LB&BP) Republik Indonesia untuk Republik Italia, Malta dan Siprus serta Badan Badan Dunia FAO, IFAD dan WFP yang berkedudukan di Roma, Susanto Sutoyo, pada hari Senin tanggal 7 April 2008 pukul 10.00 pagi, telah meresmikan Gedung Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang bernama “Alba-Nizza” di Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah yang merupakan bantuan dari warga kota Alba dan Nizza Monferrato, Italia.

Dalam acara peresmian Puskesmas di Gantiwarno, Klaten ini Duta Besar RI antara lain disertai oleh Dr. Roberto Cerrato, Wakil Walikota Alba dan Dott. Maurizio Carcione, Walikota Nizza Monferrato menyerahkan Puskesmas tersebut kepada Pemda Kabupaten Klaten yang diwakili oleh Wakil Bupati Klaten, Samiadji mewakili Bupati Klaten dan disaksikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah mewakili Gubernur Propinsi Jateng.

Bantuan Puskesmas “Alba-Nizza”, di Klaten ini merupakan bentuk kepedulian Masyarakat Italia khususnya warga Kota Alba dan Nizza Monferrato, Regione Piemonte, Italia kepada Indonesia, khususnya kepada masyarakat di Kecamatan Gantiwarno, Klaten setelah pada tanggal 27 Mei 2006 yang lalu tertimba musibah gempa bumi di Yogyakarta dan sebagian Provinsi Jawa Tengah yang telah menelan korban sekitar 6.500 jiwa, diantaranya tercatat 1.600 jiwa di Klaten, serta menghancurkan tempat tinggal penduduk sekitar 7.000 rumah.

Italia merupakan salah satu negara pertama yang datang membawa bantuan kemanuasiaan ke Klaten, mengingat konsentrasi bantuan luar negeri pada waktu itu banyak terkonsentrasi di Yogyakarta. Pada tanggal 1 Juni 2006 yang lalu, Pemerintah Italia yang dipimpin oleh Dr. Agosto Miozzo dari Italian Civil Protection Office memberikan bantuan kemanuasiaan yang dipusatkan di Kabupaten Klaten berupa 20 tenaga medis dan paramedis, 1 buah rumah sakit lapangan, tenda darurat dan 40 ton obat-obatan.

Sementara itu masyarakat di Italia, khususnya warga kota Alba dan Nizza Monferrato kemudian mengorganisir pengumpulan dana sukarela untuk diberikan kepada masyarakat Klaten. Dr. Cerato kemudian mendirikan INSIEME Per L’Indonesia (BERSAMA Untuk Indonesia) dan menyampaikan gagasannya kepada KBRI Roma untuk merealisasikan bantuan pembangunan sebuah Puskesmas di daerah tersebut.

Dr. Roberto Cerrato, Dott. Maurizio Carcione dan Mr. Severino dari INSIEME per L’Indonesia sejak bulan April 2007 telah mengadakan pertemuan dengan pihak Pemda Klaten guna membahas rencana pembangunan Puskesmas Gantiwarno dari puskesmas non rawat inap menjadi puskesmas rawat inap yang kemudian diikuti dengan penandatanganan MoU antara INSIEME dan LSM Lembaga Pengkajian Ekosistem (LPPE) dengan disaksikan oleh Bupati Klaten.

Pembangunan Puskesmas senilai €50.000 di Klaten ini diharapkan akan menjadi proyek awal dan dapat menjadi landasan yang kuat untuk kerjasama yang semakin baik dimasa mendatang antara Indonesia dan Italia, terutama antara Provinsi Jawa Tengah termasuk Kabupaten Klaten dan Kota Alba dan Nizza Monferarato di Regione Piemonte, Italia, sehingga terbuka kesempatan yang luas bagi peningkatan hubungan bisnis, kerjasama perdagangan dan investasi antara kedua negara.
Reports by Pramudya Sulaksono
Photo by Bagus Rachmat

MapLoco


Visitor Map