Tuesday, February 19, 2008

Pertunjukan Spektakuler Teater Kontemporer Indonesia "I La Galigo" di Milan, Italia


Bertempat di Teatro Arcimboldi Milano (TAM), salah satu gedung teater bergengsi di Kota Milano pada tanggal 12 Februari 2008 telah diadakan pertunjukan perdana teater kontemporer “I La Galigo” asal Indonesia dengan dipadati kurang lebih 1.300 penonton. Di Milan, pertunjukan spektakuler I La Galigo ini telah dan akan berlangsung dari tanggal 12 Februari 2008 hingga tanggal 17 Februari 2008.

Pementasan teater dengan epik I La Galigo yang disutradarai oleh Robert Wilson asal Amerika Serikat ini sebenarnya terinspirasi dari epik sastra Sureq Galio yang berasal dari masyarakat Bugis, Sulawesi Selatan. Pertunjukan teater ini telah banyak memukau seni pentas teater kontemporer dunia yang sebelumnya pernah digelar di Esplanade, Singapura; Lincoln Center Festival di New York; Het Muziektheatre Amsterdam, Forum Universal de la Cultures Barcelona (2004); Les Nuit de Fourviere Rhone-Perancis serta Ravenna Festival di Ravenna, Italia (2004). Kali ini Italia kembali mengulang kesuksesan sebelumnya di tahun 2004 dengan kembali menggelar pementasan itu di Kota Milan, kota terbesar kedua di Italia.

Dalam kesempatan itu, Menkominfo RI, Muhammad Nuh yang sedang melakukan lawatan kerja ke Barcelona juga berkesempatan hadir untuk menyaksikan pertunjukan tersebut di Milan dengan didampingi oleh Mantan Menteri BUMN/pengusaha Indonesia Tanri Abeng yang juga berasal dari Sulawesi Selatan.

Daya tarik utama I La Galigo sebetulnya terletak dari berbagai aspek yaitu sebagai pertunjukan teater kontemporer yang akarnya adalah unsur budaya bangsa Indonesia sendiri, namun dipadu dengan permainan tata lampu (lighting) dan tata suara (soundsystem) yang canggih. Background lampu warna warni yang selalu berubah ubah serta adegan seperti halnya sendratari (seni drama dan tari) yang dipadu dengan alunan musik dan lagu lagu tradisional rakyat Bugis tentu saja sangat memukau khususnya pecinta seni teater di Italia. Dengan Apresiasi seni yang tinggi, masyarakat pecinta seni teater di Italia sangat mudah mengekspresikan untuk lebih mengenai dunia seni teater nusantara seperti ini.

Opera teater I La Galigo terdiri dari 11 bagian berisi mengenai seorang tokoh yang bernama I La Galigo. Dalam penggambarannya dunia dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu dunia atas, dunia tengah dan dunia bawah. I La Galigo ini berada pada tataran dunia tengah dimana manusia dengan segala aspeknya hidup dalam segala macam keduniawian. Filosofi yang dihadirkan seperti kelahiran, perkawinan, seksualitas, peperangan serta kematian divisualisasikan dalam pertunjukan yang berdurasi 3 (tiga) jam (pertunjukan dimulai pukul 21.00 s/d 24.00).

Dalam kehidupan manusia pada awalnya diibaratkan selalu sibuk dengan barang bawaannya, namun dalam kematian manusia tidak lagi membawa apa apa sewaktu pergi meninggalkan dunia. Meskipun penggambaran visual teater ini agak lamban dan lama, namun sebagian besar penonton dapat menikmati makna dari arti simbolis cerita yang ditampilkan karena meskipun minim dialog, narasi mengenai alur cerita disampaikan melalui slide dalam bahasa Italia.

Beberapa adegan spektakuler yang ditonjolkan adalah bayangan pemain dengan background warna warna cerah yang selalu berubah ubah serta unsur unsur tari-tarian yang ditampilkan. Penggambaran sosok melalui kostum tradisional serta asesoris panggung lainnya tampak memukau.

Dengan menghadirkan sekitar 60 seniman/seniwati lengkap dengan pemain musik, penari dan crew yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Group teater ini juga menghadirkan pemain termuda yaitu Kiki yang masih berusia 6 tahun serta Mak Coppong yang telah berusia paling lanjut yaitu 87 tahun.

Beberapa komentar setelah selesai pertunjukan menyatakan bahwa pertunjukan teater ini sangat fantastik dan menyayangkan bahwa masyarakat Indonesia cenderung lebih menyukai budaya Pop dan berpendapat sangat mengagumi pertunjukan teater ini.

Sementara itu balik layar, Menkominfo juga berkesempatan menjumpai seluruh pendukung artis dan crew I La Galigo sebagai bentuk dukungan moril atas pertunjukan mereka di Milano. Beberapa crew pendukung antara lain adalah Rahayu Supanggah yang bertindak sebagai penata musik, koordinator artistik oleh Restu I Kusumaningrum dan penata tari oleh Andi Ummu Tunru.

Pementasan diorganisir oleh Change Performing Arts, dengan tiket dijual dengan harga dari €16,- s/d € 40,-. Khusus untuk pertunjukan hari pertama tanggal 12 Februari 2008, hasil penjulan tiket akan disumbangkan untuk Asosiasi Amici di Edoardo Onlus yg akan digunakan untuk membiayai aktivitas integrasi, formasi dan solidaritas Barrio’s -- pusat perkumpulan pemuda – juga disumbangkan untuk Komunitas Don Gino Rigoldi. Untuk mengikuti acara cocktail dan jumpa dengan Robert Wilson yang diadakan sebelum pertunjukan dikenakan biaya kontribusi minimum € 125,- per orang.

MapLoco


Visitor Map