Tuesday, December 25, 2007

Mozia -- Island of Archeological Sites

Mozia Island (read: /motzia/), also known in Greek as Moya or San Pantaleo, is a little tiny island which has diamater 2,5 km long and part of the Stagnone archipelago (Mozia, Lunga Iisola grande) and isola Santa Maria) at Stagnone Lagoon. The islands belongs to the city of Marshala, Trapani Province, Sicily Region, Italy.

The archeological sites were discovered by Giuseppe Whitaker (1850-1336), a rich English wine businessman who interested in archeology. Whitaker bought the island afterwards supposedly to hunt the archeological sites in the island.

The Punics had lived in this island and Mozia had become the city of trade before the glorious Lilybeo (old name before Marsala which means sea port headed to Lybia) around 8th century B.C. (Before Christ) to 397 A.D. However, after the Roman Ancient won to occupy the region from the Punics (known as The Punic Wars), the glorious of this island became faded away.

In Mozia island, until now it is still discovered a lot of th
e archeological sites during the glorious of the Punics i.e. temples, statues, fortress which is 6 meter tall surroundings the island as well as a tower which twice tall than the fortress, unfortunately, the condition of the fortress had only been ruins. By learning this island, it is known that the Punics were able to built a strong fortress by the method of inserting small stones between the big stones in order to be resistant of the earth quake and become stronger.

One of a famous historical statue which has been discovered was an incredible statue known as Giovane di Mozia
(Young man from Mozia) stored inside of the house of Whitaker which finally known as Whitaker Museum. Unfortunately, the 190 cm tall statue is not 100% complete anymore, since the vital parts of his body had been cut off by the enemy of the nation. According to the history that during the war, every statue found which belonged the defeated party must be cut off and threw the vital parts of the body away, for instance hands, feet, nose, ears and his sex. The island of Mozia at present to be reserved as a National Park of Comune di Marsala. __________________________________________________________

Pulau Mozia (Moya – Greek) pulau kecil yang berdiameter 2,5 km2 terletak di gugusan Kepulauan Stagnone di Laguna Stagnone yang terdiri dari 3 (tiga) buah pulau yaitu Mozia, Isola Lunga dan yang terkecil yaitu Pulau Santa Maria. Peninggalan arkeologi di Mozia pada awalnya ditemukan oleh Giuseppe Whitaker (1850 – 1936), seorang industrialis wine bangsa Inggris yang kaya raya yg tertarik dengan arkeologi. Whitaker kemudian membeli pulau yg terletak di seberang kota Marsala itu untuk digunakan sebagai tempat berburu.

Namun rupanya bangsa Punic pernah mendiami pulau ini dan bahkan menjadi kota pusat perdagangan sebelum Lilybeo maju, yaitu antara abad 8 SM hingga th 397 S.M. Setelah kalah oleh Pasukan Romawi Kuno dalam The Punic Wars maka setelah itu sejarah pulau ini tidak terdengar lagi.
Pulau Mozia masih banyak diketemukan peninggalan-peninggalan kebudayaan yg tinggi bangsa Punic karena terdapat candi atau tempat pemujaan dewa-dewa dan bekas-bekas benteng yg tingginya sekitar 6 meter yang mengitari laut (akan tetapi kondisinya sekarang tinggal reruntuhannya saja) serta menara pengintai yg tingginya 2 kali lipat dari benteng yaitu sekitar 12 meter (inipun tinggal puing-puingnya saja).

Di pulau ini dapat dilihat bahwa bangsa Punic sudah pandai membuat benteng kuat dengan metode menyelipkan batu-batuan kecil diantara blok batu-batu besar agar tahan terhadap guncangan gempa bumi dan lebih kokoh
Salah satu yang peninggalan yang berhasil digali di Pulau tersebut adalah Patung Giovanni di Mozia (Pemuda Mozia) yang sangat menakjubkan disimpan dalam Rumah Whitaker yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai Museum Whitaker.

Namun sayang kondisi patung yang tingginya 190 cm ini tidak 100% utuh karena tangannya, kali dan bagian bagian penting lainnya dipangkas. Konon ketika suatu bangsa memenangkan pertempuran maka patung patung yang ditemukan terutama pada bagian bagian pentingnya akan selalu dibabat atau dibuang. Pulau Mozia dan sekitarnya sekarang dijadikan cagar alam dan budaya oleh Comune di Marsala.

Photobucket


Reports by Yenni L. Calvi
Edited & Photography by Pramudya Sulaksono

Saturday, December 15, 2007

Potensi Kota Marsala, Sicilia, Italia


Kota Marsala adalah kota kecil yang terletak di Pulau Sicilia yang berjarak sekitar 120 km dari Palermo. Untuk menjangkau kota ini terdapat jalur pesawat terbang Trapani (Birgi) – Roma yang terbang 2 kali sehari pagi dan sore setiap hari. Kota Marsala berpenduduk kurang lebih 100.000 jiwa, diantaranya sebanyak 35.000 jiwa diperkirakan tinggal di pusat kota (centro storico) sementara selebihnya tersebar di 104 contrada (desa/zona). Luasnya sekitar 241 km2 yang terletak di ujung sebelah barat Pulau Sicilia, Italia dan merupakan ujung terdekat dengan Tunisia di Afrika.

Menurut sejarahnya etimologi Kota Marsala adalah berasal dari kata bahasa Arab yaitu Marsa yang berarti pelabuhan dan Allah (Tuhan). Sementara pada versi lain terdiri dari kata Marsa (pelabuhan) dan Ali (nama).

Kota ini disamping terkenal dengan penambangan garamnya yang berkualitas tinggi juga terkenal dengan vino/wine (minuman fermentasi anggur) khas daerah ini yang bernama Il Marsala, salah satu jenis tipikal wine yang berbeda dengan vino bianco (white wine) dan vino rosso (red wine) karena mempunyai citra rasa lebih manis dan merupakan blended dari berbagai jenis anggur yang berbeda warna. Il Marsala sangat cocok untuk penghantar makanan kecil.

Nilai-nilai historis nampaknya sangat mendominasi daerah ini, hal ini dapat dibuktikan dengan terdapatnya beberapa museum. Beberapa penggalian arkeologi kuno juga masih dilakukan dan banyak di jumpai tidak saja di tempat tempat terbuka seperti lapangan, namun juga diketemukan di antara tempat-tempat tinggal penduduk, bahkan di pulau pulau sekitar serta laut terdekat di kawasan Mediterania. Berbagai peninggalan kuno era 2500 tahun sebelum Masehi yaitu jaman sebelum era Romawi Kuno seperti Bangsa Punic disinyalir pernah berjaya dan mendiami wilayah ini. Dalam catatan sejarah daerah ini juga mempunyai persinggungan pengaruh berbagai budaya budaya Mediterania seperti Yunani, Normandia, Spanyol dan Arab..

Demikian juga dengan dengan jaman mendaratnya Giuseppe Garibaldi yang `mengunifikasi Kerajaan Due Sicilia (Sicilia-Regio Calabria) menjadi satu sebagai Kerajaan Italia dibawah kekuasaan Raja Vitorio Emanuelle II sebagai raja pertama di Italia yang di jaman modern akhirnya menjadi Republik Italia. Tidak itu saja pada waktu jaman Perang Dunia II kota ini pernah hancur oleh sekutu (Amerika Serikat, Inggris, Perancis) melawan kekuasaan Fascisme. Oleh karena itu, maka kondisi centro storico tidak lagi sekuno seperti pada umumnya kota kota di Italia..

Reports by Yenni L. Calvi

Edited & Photography by Pramudya Sulaksono

Friday, December 14, 2007

Indonesia Sumbangkan Benda Benda Seni Untuk Bakal Museum Imigrasi di Marsala, Sicilia, Italia



MARSALA - ITALIA, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Roma telah menymbangkan 3 (tiga) buah benda seni Indonesia kepada Comune di Marsala untuk selanjutnya akan disimpan dalam Museum Regional Imigrasi – Emigrasi di Marsala, Sicilia.

Penyerahan benda benda seni Indonesia tersebut adalah memenuhi permintaan Dott.ssa Domenica Miceli, Assessore/Pejabat Bidang Immigrasi, yang sedang mengumpulkan benda seni dari para berbagai misi diplomatik asing di Italia sehubungan dengan rencana pembukaan Museum Regional Immigrasi-Emigrasi di Sicilia pada th 2008.

Selanjutnya ketiga benda seni Indonesia tersebut diserahkan langsung dari Pramudya Sulaksono, Sekretaris I PSB KBRI Roma kepada Avv. Michele Milazzo, Wakil Walikota dan Mrs. Domenica (Mimma) Miceli, Pejabat Bidang Imigrasi Comune di Marsala pada tanggal 5 Desember 2007 pukul 10.00 waktu setempat berupa :

  • Seperangkat ANGKLUNG lengkap, ukuran kecil – alat musik tradisional Sunda dari bambu, yang merupakan sumbangan dari Sanggar Angklung Saung Mang Udjo, Bandung, Provinsi Jawa Barat
  • TIFA – sejenis gendang/alat musik dari Papua yang merupakan sumbangan dari kelompok kesenian etnis “Sampari Manokwari, Provinsi Irian Jaya Barat” ketika berkunjung ke KBRI Roma bertepatan dengan tanggal 17 Agustus 2006 lalu.
  • Kain IKAT dari Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat, merupakan sumbangan dari Sdr. Noam Lazuardy, peserta magang tahun 2007 Angkatan XXXI dari Deplu RI

Dalam sambutan Wakil Walikota Marsala mengucapkan terima kasih atas sumbangan dari Indonesia dan mengharapkan dimasa depan dapat diadakan sister city, kerjasama turisme dan inisiatif lainnya antara kota Marsala dengan kota-kota di Indonesia, terutama berkenaan dengan tradisi dan kebudayaan. Wakil Walikota Marsala juga menyerahkan sebuah buku besar tetang Kota Marsala yang berjudul “Citta di Marsala – Libro Rosso” dan sebuah plakat yang disampaikan kepada KBRI Roma.

Sementara itu Sekretaris I PSB telah menyampaikan bahwa kedatangan ke Marsala adalah untuk mewakili Bapak Duta Besar RI yang berhalangan hadir guna menyerahkan ketiga benda-benda seni Indonesia tersebut untuk selanjutnya disumbangkan kepada Museum Regional Imigrasi dan Emigrasi Regione di Sicilia. Selanjutnya disampaikan juga bahwa dengan menyumbangkan benda benda seni ini diharapkan dapat dalam mempererat hubungan persahabatan antara Indonesia dengan Italia. Selain itu Sek I PSB juga menyerukan kepada pihak Italia untuk berkunjung ke Indonesia tahun depan mengingat pada tahun 2008 Indonesia akan mencanangkan Tahun Kunjungan Indonesia 2008 – Visit Indonesia Year 2008.

Berdasarkan informasi yang diperoleh maka perwakilan atau misi diplomatik asing di Italia diketahui bahwa baru KBRI Roma merupakan pihak asing yang pertama kali memberikan respon serta menyumbangkan benda benda seninya kepada pihak Comune. Menurut rencana museum akan dibuka sekitar bulan Oktober 2008 mendatang. Sehubungan dengan cepatnya respon yang mereka peroleh dari KBRI Roma maka pihak Comune di Marsala sangat berterima kasih kepada KBRI Roma seraya meminta agar lebih ditingkatkan lagi hubungan dengan kunjungan fungsi fungsi lain seperti Atase Perdagangan maupun Atase Pertanian di KBRI Roma dan bahkan yang lebih tinggi lagi yaitu kunjungan Bapak Duta Besar RI.

Setelah acara utama, yaitu penyerahan benda benda seni budaya Indonesia selesai dilakukan, Sek I PSB dan staf mendapat kesempatan keliling melihat kota Marsala yang dipandu oleh Sig.ra Bice Marino, Ketua Pariswisata Kota Marsala yang banyak menceritakan berbagai hal mengenai geopolitik, nilai-nilai historis, budaya serta mencicipi specialities kuliner masakan (cucina Siciliana) yang banyak dipengaruhi oleh bangsa bangsa di kawasan sekitar Mediterania seperti Yunani, Arab, Spanyol, Perancis dan Italia sendiri terutama hasil lautnya.

Masalah Imigrasi saat ini banyak dibicarakan di media cetak, elektronik dan tertulis di Italia. Masalah ini timbul sebagai salah satu polemik yang terjadi di Italia mengingat saat ini Italia disinyalir menjadi pintu masuk arus imigrasi ke Uni Eropa karena kondisi pantainya yang cukup luas di Perairan Mediterania. Pada umumnya gelombang Imigrasi tersebut berdatangan dari Afrika Utara dan Eropa Timur hendak menuju ke Eropa Barat.

Berbagai tindakan kriminalitas dan tindakan yang menimbulkan keresahan masyarakat lainnya mengangkibatkan masyarakat Italia menjadi xenophobia (sikap rasa takut terhadap golongan atau bangsa lainnya). Sikap ini banyak dihinggapi oleh Masyarakat Italia terutama kaum konservatif dan orthodox.

Namun sikap ini berbeda dengan Masyarakat Italia di Pulau Sicilia, terutama di Marsala. Masyarakat Sicilia lebih toleran dan welcome kepada kaum pendatang dibanding Masyarakat Italia di semenanjung. Dari hasil observasi sejarah dapat kita ketahui bahwa sejak ribuan tahun sebelum Masehi Pulau Sicilia dan kawasan Mediterania sudah menjadi ajang akulturasi budaya yang beragam yang tidak saja berpengaruh kepada budaya tetapi juga makanan dan bentuk bangunan. Bangsa-bangsa seperti Yunani, Punic, Romawi, Normandia, Spanyol, Arab telah memperkaya khasanah budaya di Pulau Sicilia.

Untuk itulah di Marsala segera akan dibuka Museum Imigrasi dan Emigrasi dibawah pengawasan Regione di Sicilia. Indonesia menjadi salah yang pertama memberikan kontribusi berupa 3 (tiga) buah benda benda seni untuk Museum tersebut diharapkan sebagai pembuka hubungan baik antar kedua negara dan peningkatan hubungan kedua negara untuk masa mendatang.

Reports by Yenni L. Calvi

Photo & Edited by Pramudya Sulaksono exclusively to My Chronicle

MapLoco


Visitor Map