Wednesday, June 1, 2011

Membayangkan Kapan Jakarta Mempunyai Moda Transportasi Yang Memadai

Pertanyaan itu muncul ketika saat ini keadaan Jakarta sudah semakin memprihatinkan. Bagaimana tidak Jakarta yang syarat dengan lalu-lintas yang campur aduk selalu mengalami kemacetan lalu lintas yang buruk. Laju pertumbuhanjumlah mobil semakin menggila ditambah jumlah kenadaraan bermotor yang seolah-olah tidak terbendung membuat Jakarta sebagai ibu kota negara menjadi amburadul lengkap dengan kegalauan berlalu lintas yang sangat parah.

Di beberapa media baik cetak maupun tertulis ramai-ramai para pakar memperbicangkan mengenai penguraian benang kusut lalu lintas di Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI yang dituding mengurusi ruas jalan lalu lintaspun dengan pasrah mengelak bahwa wewenang untuk penguraian benang kusut lalu lintas di Jakarta bukan saja tanggungjawab Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota saja tetapi juga menjadi tanggang jawab pemerintah pusat. Lalu siapa yang mampu memecahkan keruwetan ini?

Membandingkan Jakarta dengan beberapa ibu kota atau kota-kota besar di dunia lainnya memang sungguh sangat menyakitkan dan tidak fair. Di beberapa negara dan beberapa kota besar tentu saja mempunyai cara yang  berbeda-beda dengan system perlalulintasan. Apalagi moda transportasi masal sangat diperhatikan pemerintah kota setempat dengan pengaturan yang sangat rapi mengenai transportasi darat dari metro (subway), tram, bus kota, hingga kereta api luar kota yang etrtat begitu rapi dan nyaman.

Pembatasan jumlah kendaraan pribadi yang masuk ke kota besar sangat dibatasi dan disediakan tempat parkir yang nyaman sehingga mobil tidak mungkin diganggu dari keusilan para pencuri kendaraan sehingga aman untuk kaum komuter ini. Di beberapa ruas jalur kereta api seperti di lintas Serpong (Rawabuntu dan Jurang Mangu) memang sudah disediakan tempat penitipan sepeda motor dan mobil, namun belakangan dengan banyaknya yang beralih commuter Jakarta menyebabkan tempat penitipan kendaraan ini semakin tidak tersisa tempatnya.

Jakarta sudah semakin ketinggalan jauh dengan moda transportasinya. Janji seperti monorail, sudah tidak tampak lagi batang hidungnya. Subway yang sudah digembar-gemborkan juga belum kelihatan. Busway yang mulai dikembangkan disetiap koridorpun tidak memberikan pelayanan bagi penguna secara maksimal. Sebagai pengguna busway kadang-kadang dibuat tidak nyaman dari menunggu antara bus satu ke bus yang berikutnya terkadang memakan waktu yang lama, belum lagi ketidakmanusiawian di sentra halte seperti di Harmoni yang sangat berdesakan antri pun sangat tidak manusiawi. Belum lagi ketika melaju tidak sedikit pengemudi yang merasa ketidaknyamanan karena mengerem dengan tiba-tiba disaat banyak penumpang didalam tergencet dan merasa mual dengan tindakan pengemudi bus trans Jakarta yang kadang-kadang tetap pada sikap ugal-ugalan mereka.

Pemaksimalan kereta api PT Commuter Jabodetabek sekarang jauh lebih baik dibandingkan 10 tahun yang lalu, namun tetap banyak kekurangan dan harus dibenahi. Disadari atau tidak image pamakaian kereta api masih terasa kurang. Saya yang setiap hari naik kereta api banyak mendapat kesan dari sementara kalangan yang bukan pemakai kereta api bahawa kereta api itu sumpek, tidak nyaman sampai ketas dan lain sebagainya. Mereka pada umumnya kuran begitu tertarik dengan kereta api dan mebayangkan bahwa naik kereta api itu seperti yang terjadi kereta KRL ekonomi yang penuh berjejalan lengkap dengan segala penderitaan masyarakat. Saya katakan kalau naik kereta api itu nyaman, pakai AC dan memakan waktu yang jauh lebih singkat ketimbang naik kendaraan pribadi ke Jakarta.

Namun sayangnya, meskipun beberapa gerbong hibah dari Jepang sudah dipakai oleh Kereta Api Commuter Jabodetabek, namun terdapat beberapa kendala seperti ketidak tepatan waktu ini dikarenakan karena faktor persignalan yang terkadang suka rusak apalagi kalau hujan. Jumlah kereta juga masih terbatas. Belum lagi pemanfaatan jadwal yang frekuensinya kurang sehingga pengguna direpotkan dengan jam-jam tertentu yang kadang harus menunggu kereta berikutnya hingga memakan waktu lama.

Untuk menginvite para pengguna kendaraan pribadi ke kereta, perlu adanya regenerasi kereta yang lebih modern yang tidak hanyak memanfaatkan kereta hibah dari Jepang. Memang beberapa gerbong terlihat sekarang lebih baik dibanding dengan sebelumnya. Tetapi apa salahnya kalau moderninsasi pemakain kereta api perlu ditingkatkan.

Tidak usahlahlah kita berpikir seperti MRT di Singapura, di Kuala Lumpur atau di Bangkok, sudah saatnya PT Commuter Jabodetabek memberikan moda transportasi yang memadahi dan modern. Hal ini jelas dimaksudkan untuk menarik pengguna mobil pribadi yang tinggal di luar kota Jakarta beralih ke kereta api. Jalur sudah ada tinggal bagaimana memaksimalkan perangkat kereta api dan persistemannya untuk lebih baik, tepat waktu dan nyaman. Kalau kereta api Jabodetabek lebih modern dengan menggunakan kereta yang sophisticated saya pikir paling tidak banyak mengurangi ketergantungan pengunaan mobil pribadi ke jenis angkutan ini.

Saya masih ingat ketika berada di Barcelona, dari hotel yang berada di luar kota bisa dikoneksikan dengan tram yang sangat nyaman yang terkoneksi juga dengan subway maupun bus. Kesannya saya cuma pengen membayangkan kapan Jakarta akan lebih nyaman sementara subway dan monorail yang digembar-gemborkan pun belum nampak hasilnya. Sementara kereta api hanya dipakai jalur-jalur tertentu seperti Bekasi, Bogor, Depok, Tangerang dan Serpong saja. Lalu bagaimana kepadatan di belantara Jakarta sendiri. Benahilah busway lebih maksimal.

Saya cuma bisa membayangkan kapan Jakarta akan seperti di Hong Kong, Singapore, Paris dll. Cuma satu kata kuncinya gengsi ketergantungan masyarakat Jakarta harus dirubah tidak hanya sekedar punya kendaraan pribadi lah yang dianggap sebagai orang kaya, tetapi Pemerintah sudah selayaknya harus meningkatkan moda transportasi lebih integrated, rapi, tepat waktu dan manusiawi.

Gambar insert : Tram modern di Barcelona
Penulis adalah pengguna kendaraan umum dan pengamat sosial 

MapLoco


Visitor Map