Tuesday, June 24, 2008

Seminar Tentang Awal Mula Pentas Kesenian Bali (Indonesia) di Luar Negeri


Sejalan dengan Pementasan I Made Djimat di kota Bergamo, bekerjasama dengan Universitas Roma Tre, Tetro Tascabile juga telah menyelenggarakan suatu seminar yang berjudul “Paris/Artaud/Bali” yang diperesentasikan oleh Prof. Nicola Savarese, dosen Fakultas Sastra dan Filosofi Universitas Roma Tre, Roma, pada tanggal 13 Juni 2008 pukul 18.00 dengan diikuti oleh sekitar 50 (lima puluh) orang peserta, terutama dari pemerhati masalah dunia teater dan budaya.

Dalam Seminar tersebut dibahas mengenai tokoh yang bernama Antonin Artaud, seorang komedian, aktor teater, penulis dan sutradara Perancis yang lahir di Marseilles, tanggal 4 September 1896 dan meninggal di Paris tanggal 4 Maret 1948. Dalam bukunya yg berjudul “Il Teatro e il suo doppio” (Teater dan rangkapannya), Artaud mengemukakan kekagumannya pada teater Bali.

Prof. Savarese pada kesempatan itu juga mengucapkan terima kasih kepada KBRI Roma yang telah diwakili oleh Sek I dan staff dalam seminar ini. Pada seminar itu juga telah dipertunjukkan slide show mengenai materi yang berhasil dikumpulkan oleh Prof. Saverese, yang memaparkan data data tentang keadaan tahun 1920-an, ketika Artaud menonton kesenian Bali untuk yang kalinya di Paviliun Belanda dalam Exposition Coloniale (Colonial Expo) Internasional di Paris, tahun 1931. Sebelumnya juga pernah diadakan Colonial Expo serupa di Marseilles pada tahun 1906, namun hanya bersifat nasional (Perancis).

Colonial Expo Internasional yang diselenggarakan di Paris pada tahun 1931 diadakan di Bosco di Vincennes et Lago Daumaesnil, dengan dibangun berbagai bangunan dengan corak arsitektur ala jajahan masing-masing negara Eropa dalam ukuran yang sebenarnya dan berbentuk paviliun. Sebagai contoh pemerintah Inggris membangun paviliun berbentuk Taj Mahal, Perancis membangun paviliun Angkor Wat di Kamboja, Italia membangun paviliun seperti rumah model Somalia sedangkan Belanda membangun paviliun seperti puri di Bali.

Pada setiap paviliun ini diadakan atraksi penduduk pribumi untuk menarik para penonton dengan harapan agar para penonton paviliun ini timbul niatnya untuk berkunjung ke tanah jajahan mereka, sehingga diharapkan akan mendatangkan devisa pemasukan juga bagi negara yang menjajah. Paviliun Belanda pada waktu itu antara lain mendatangkan penari-penari dari Bali, dari sinilah Artaud pertama kalinya menonton pertunjukan tari Bali sehingga timbul kesimpulan bahwa kesenian Bali pertama kali dipagelarkan di luar negeri adalah di Colonial Expo tersebut.

Para periode sebelum perang dunia pertama, banyak negara Eropa yang menyeberang samudera untuk mencari daerah kolonial baru dengan tujuan pendudukan daerah kolonial mereka.


Source/Reports : Yenni L. Calvi

Editor : Pramudya Sulaksono

Photo : www.chez.com

Tuesday, June 17, 2008

I Made Djimat Tampil Memukau Dengan "Il Danza dei Rei" di Italia















London, 15/6 (ANTARA) - I Made Djimat yang dikenal sebagai maestro tari Bali tampil memukau masyarakat pecinta seni di Kota Bergamo, sekitar 50 km timur laut Kota Milan, Italia.Pementasan I Made Djemat di Bergamo yang bertajuk "La Danza dei Re" (Tarian Raja/Tari Kraton) dalam rangka Festival Teater, Musik dan Tari Internasional "Il Centro e La Circonferenza" yang digelar "Teatro Tascabile" bekerjasama dengan "Comune di Bergamo" .

Sekretaris Pertama Pensosbud KBRI Roma Pramudya Sulaksono kepada koresponden LKBN Antara di London, Minggu mengatakan tepukan panjang mewarnai akhir penampilan kelompok Panti Pusaka Budaya Bali itu.Pramudya Sulaksono mengatakan dengan 10 pemain yang terdiri atas lima pemain gamelan dan lima penari, penampilan berdurasi sekitar 100 menit ini mampu memukau masyarakat pecinta seni Kota Bergamo.

Pada adegan terakhir Tari Topeng yang menampilkan 11 dari 15 karakter topeng koleksi I Made Djimat, mampu menarik perhatian penonton di Auditorium Piazza della Liberta. Karakter topeng yang berbeda beda dan ekspresi yang beragam menghipnotis penonton terbawa oleh karakter I Made Djimat yang piawai menari dengan ragam ekspresi dan mimik yang berbeda.

Festival internasional di Bergamo yang digelar ketiga kalinya mempertunjukan berbagai macam kesenian teater, musik dan tari tarian setiap awal musim panas diikuti kelompok teater dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Swiss, Polandia dan Italia.Pada penampilan sebelumnya I Made Djimat juga mendapat respon positif dari masyarakat di Kota Lecco yang terletak di utara Kota Milan di Regione Lombardia.Disaksikan sekitar 300 penonton I Made Djimat dan kelompoknya menampilkan rangkaian musik dan tari Bali antara lain, Tabuh Sekar Gandot, Tari Kebyar, Baris, Legong dan tari Topeng.

Menurut I Made Djimat, pentasnya ke Kota Lecco dan Kota Bergamo ini bukan pertamanya, pada tahun 2005 dan tahun tahun sebelumnya ia juga pernah mengadakan pentas di berbagai kota di Italia bahkan I Made Djimat sempat mengajar tari Bali beberapa peminat seni tari di Italia.Selama di Italia Made Djimat juga memberikan workshop pelatihan dasar dasar tarian Bali kepada pecinta seni di Kota Bergamo.

Seniman besar asal Sukawati ini mengakui menari telah menjadi jalan hidup keluarganya, sejak lama. Ayah I Made Djimat juga merupakan penari, demikian juga anak I Made Djimat juga mempunyai keahlian serupa.Kehadiran grup kesenian Panti Pusaka Budaya ke Italia ini diorganisir oleh Anmaro, Asia Arts yang bermarkas besar di Amsterdam Belanda.

Source : Antara News (London Correspondent)
Reports/Photography : Pramudya Sulaksono, KBRI Roma

Tuesday, June 10, 2008

I Made Djimat Bakal Tampil Dalam Festival Il Centro e La Circonferenza di Bergamo

I Made Djimat -- seorang seniman besar asal Bali, bersama 5 orang penari dan 5 orang pemain gamelan Bali yang tergabung dalam group kesenian “Panti Pusaka Bali” akan mengikuti Festival Internationale di Teatro, Musica e Danza (Festival Teater, Musik dan Tari Internasional) Il Centro e La Circonferenza (Pusat dan Sekelilingnya) yang ketiga di Kota Bergamo, Italia yang berlangsung mulai tanggal 6 Juni hingga tanggal 5 Juli 2008.


Dalam Festival Il Centro e La Circonferenza tahun 2008 atau yang ke tiga kali diadakan di Bergamo, Italia ini merupakan festival intersection atau festival yang mempertemukan antara berbagai seniman besar di dunia, baik seniman teater kontemporer, seniman tradisional Asia dengan unsur kebudayaan regional/setempat seperti unsur budaya Sardinia, Lombardia dan perairan Mediterrania. Selain menampilkan Kesenian Bali dari Indonesia, festival ini juga diikuti oleh beberapa kelompok teater modern dari Amerika Serikat, Polandia, Swiss dan Italia.


Menurut rencana group kesenian Bali yang dipimpin oleh I Made Djimat ini akan menampilkan beberapa tarian dan gamelan Bali seperti “Tabuh Sekar Gendot, Kebyar, Baris, Tari Legong dan Tari Topeng”. Pertunjukan yang diberi judul La Danza dei Re (Tarian Raja) ini akan dipertunjukkan di Teatro della Societa di Kota Lecco pada hari Kamis tanggal 12 Juni 2008 pukul 21.00 malam dan Jumat tanggal 13 Juni 2008 pukul 22.00 di Auditorium Piazza Liberta, Kota Bergamo dengan harga tiket dijual sebesar €12.


Disamping pementasan Danza dei Re yang bakal mementaskan tari-tarian Bali tersebut, I Made Djimat, maestro Bali yang sebelumnya pernah mengadakan pentas di berbagai negara-negara seperti di Eropa, Asia, Amerika Serikat, Brazil dan Mexico juga akan memberikan sebuah seminar mengenai tari Bali kepada masyarakat Italia yang tertarik untuk lebih mengenal dan belajar menari Bali. Seminar ini akan berlangsung dari tanggal 11 s/d 13 Juni 2008.


Sehubungan dengan keikutsertaan I made Djimat dan group kesenian Bali Panti Pusaka Bali ini KBRI juga mengajak masyarakat Indonesia beserta keluarga mereka yang tinggal di Utara Italia khususnya di Regione Lombardia atau Milano, Bergamo, Lecco, Como dan sekitarnya untuk dapat berpartisipasi menyaksikan pertunjukan kesenian dari Indonesia ini.


Setelah mengikuti festival ini, I Made Djimat dan group kesenian Balinya pada tanggal 14 Juni 2008 akan berangkat menuju ke Casablanca, Maroko untuk selanjutnya akan mengikuti Sacred Music Festival. Kehadiran I Made Djimat dan kelompok kesenian Bali ini ke Italia dalam rangka mengikuti festival ini diorganisir oleh Anmaro Asian Arts yang berkedudukan di Amsterdam, Belanda.

Reports by Pramudya Sulaksono


Friday, June 6, 2008

Xenophobia di Italia: Satu dari Tiga Masyarakat Italia Menolak Adanya Pembangunan Masjid Baru


Roma (ITALIA) - Laporan dari Kementerian Dalam Negeri Italia yang dihimpun oleh wartawan Italia Fiorenza Sarzanini dari harian nasional Il Corriere della Sera edisi akhir April 2008 lalu mengatakan bahwa kaum pendatang asing di Italia saat ini sedang mengalami peningkatan, disamping itu juga dilaporkan mengenai bertambahnya perkawinan campuran.

Dengan pertambahan kaum imigran di Italia, nampaknya masyarakat Italia sendiri banyak dihinggapi perasaan xenophobia (rasa ketakutan terhadap warga pendatang asing). Berdasarkan survei terhadap masyarakat Italia tersebut bahkan diperoleh gambaran bahwa satu dari tiga orang Italia tidak menginginkan adanya masjid.

Jumlah clandestini (pendatang gelap atau illegal) di daerah Lombardia (Kota Milan dan sekitranya) saja tercatat mencapai 860 ribu jiwa. Dari jumlah imigran tersebut sebanyak 55% adalah beragama Islam. Selama tahun 2006, kaum pendatang yang lahir di Italia dari orang asing terdapat sekitar 57.765 dengan pertambahan sekitar 11,1% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sehingga dapat dikatakan bahwa imigran Islam meningkat sekitar 10% dari jumlah seluruh imigran di Italia.

Dalam jangka 10 tahun pertambahan Imigran ternyata sudah bertambah dua kali lipat, jumlahnya sekarang sudah lebih dari 2.400.000 jiwa yang mempunyai izin tinggal secara reguler di Italia, sedangkan menurut data dari Kantor Catatan Sipil Italia (anagrafe) jumlah kaum pendatang sudah berkisar 3 juta jiwa. Sebagian besar mereka sudah memiliki rumah sendiri, pekerjaan, anaknya juga masuk sekolah, dan juga hampir semuanya membayar pajak. Namun demikian hal itu tidak memberikan jaminan bagi keamanan masyarakat Italia terutama bagi warga asing yang masuk secara gelap/illegal.

Laporan mengenai kaum imigran dari Kementerian Dalam Negeri menjelasan bahwa Pemerintah Italia telah menyediakan semacam tempat tempat pelatihan untuk memperdalam spesialisasi beberapa jenis pekerjaan dengan harapan agar para imigran lebih mudah mendapatkan lapangan pekerjaan nantinya kalau kembali ke negara asalnya. Sebagai catatan bahwa besarnya perkembangan jumlah kaum imigran dibawah umur yaitu dari 51.000 jiwa pada tahun 1991 pada tahun 2007 telah mengalami peningkatan menjadi sekitar 666.000 jiwa.

Pertambahan warga pendatang asing di Italia telah menunjukkan bentuk keresahan dan kekhawatiran keamanan bagi penduduk setempat, terutama perhatian terhadap pendatang asing yang beragama Islam yang sering menimbulkan kecurigaan di mata masyarakat Italia, meskipun sebenarnya beberapa dari masyarakat Italia masih menunjukkan rasa toleransinya.

Laporan ini dikutip dari Prof. Mazio Barbagli yang disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri Italia Giuliano Amato (Kabinet Jaman Romana Prodi) yang dalam perhatiannya menambahkan lagi hasil riset yang dilakukan oleh Osservatorio Sociale (observasi sosial) bersama dengan Makno-Consulting, yang mengadakan suatu pengamatan sekitar 31,4 % atau satu dari tiga masyarakat Italia mengatakan ’’tidak setuju dengan adanya mesjid’’, sedangkan 55% memikirkan bahwa kaum imigran dari negara-negara Islam lebih banyak memberikan problem dari pada kaum imigran dari negara negara lainnya. Sedangkan lebih dari 17% khawatir akan kemungkinan adanya percobaan terroris dari kelompok fundamentalis (cellule integraliste). Namun hal ini bukan berarti memberikan kehawatiran bagi warga asing di Italia, 70% berpendapat baik terhadap sambutan penduduk setempat, walaupun banyak yang mengeluhkannya terutama bagi yang tidak mendapatkan pekerjaan dan kesempatan lowongan pekerjaan dengan gaji yang relatif rendah.

Berdasarkan data yang diperoleh terhitung mulai tangal 1 Januari 2007 terdapat sekitar 282.000 warga Albania yang mempunyai ijin tinggal reguler, ditambah lagi 278.000 warga asal Rumania yang berpendidikan yaitu sekitar 70 % diantaranya mempunyai diploma atau pendidikan tamatan universitas’.

Mantan Menteri Dalam Negeri juga menerangkan bahwa counterpartnya di Bucarest, Rumania mengatakan bahwa warga Rumania yang berada di Italia jumlahnya kurang lebih sekitar satu juta. Hal ini merupakan data sementara yang dapat dikonfirmasikan mengenai jumlah warga Rumania yang keluar masuk ke Italia.

Dalam laporan, warga pendatang juga dibagi berdasarkan dari jumlah dimana mereka bertempat tinggal di beberapa bagian wilayah di Italia. Pada umumnya warga pendatang banyak mendapatkan lowongan pekerjaan di daerah Utara Tengah Italia, jumlahnya yang terbesar adalah dibagian Utara Barat yang berjumlah 1.067.281 jiwa, sedangkan dibagian Timur Utara Italia jumlahnya sampai 802.239 Italia Tengah sekitar 727.690 sedangkan di daerah Italia Selatan 244.088 dan Pulau Sicilia sejumlah 97.687 jiwa. Jumlah total keseluruhan sekitar 2.938.922 jiwa dengan umur menengah rata rata 30,4 tahun

Seperampat kaum pendatang banyak bertempat tinggal di daerah Lombardia, hal ini diperkuat dengan bertambahnya jumlah perkawinan campuran. Perkembangan masuknya orang asing ke Italia menurut data pada tahun 2004 terdapat sekitar 17.835 dan perkawinan campuran sekitar 9 % dari jumlah terdaftar yang diperoleh pada tahun tersebut. Sebagian besar kasus ini pada umumnya hampir 76 % dari jumlah pria (Italia) yang memilih wanita asing menjadi isterinya.

Untuk perbandingan prosentase kaum pendatang di Eropa berdasarkan jumlah penduduknya adalah sbb:
- Finlandia : 2,1%;
- Swedia : 5,4%;
- Norwegia : 5,1 %;
- Denmark : 5,4% ;
- Irlandia : 5,6%;
- Inggri : 5,2 %;
- Belanda : 4,3 %;
- Jerman : 8,8%;
- Belgia : 8,8% ;
- Perancis : 5,7 %;
- Portugal : 2,7 %;
- Spanyol : 4,6 % ;
- Swiss : 20,2 %;
- Austria : 9,4%;
- Yunani : 8,1 %; dan
- Italia : 5 % Italia

Menurut Cardinal Renato Raffaele Martino, sebagai Ketua Penasihat Pontificio menganjurkan sebaiknya Italia tidak perlu menghalang-halangi kedatangan para pendatang di Italia, karena Italia sebenarnya masih membutuhkan kaum pendatang tersebut untuk jenis pekerjaan berat. Disamping itu juga hendaknya masyarakat Italia tidak membiarkan mereka hidup tanpa jaminan hidup yang jelas, karena perlu bekerja untuk mempertahankan hidupnya.

Sementara itu di Bologna, sebuah selogan pemda kota Bologna yang himbauan tentang masalah keamanan di kota Bologna baru baru ini telah menarik perhatian yang sangat besar, kendati selogan ini sudah ada sejak tahun 2005. Meskipun Partai politik Lega Nord sudah bergerak untuk menghambat masuknya kaum imigran yang tanpa mempunyai jaminan kerja di Italia. Menurut Lega Nord, sebagai administrator, walikota Bologna harus mempunyai program yang lebih obyektif dan berorientasi yang tepat untuk dapat mengendalikan tingkat keamanan di daerahnya. Bologna selama ini dikenal sebagai kota merah (rosso) atau kota komunis -- kota yang sebagian besar penduduknya berhaluan komunis sejak revolusi Italia hingga saat ini.
Pusat perhatian terhadap himbauan keamanan ini kembali didengungkan mengingat semakin meningkatnya jumlah angka kriminalitas akhir akhir ini disinyalir banyak dilakukan oleh warga pendatang asing. Menurut data dari Kementerian Dalam Negeri Italia sejak tanggal 31 Desember 2006 jumlah pendatang Islam adalah sekiar 11.615 jiwa yang tinggal di wilayah Comune di Bologna.

Pembangunan masjid di wilayah Comune di Bologna saja agaknya telah mendapat halangan dari beberapa pihak. Setelah diadakan pemungutan suara dari partai politik, diperoleh hasil bahwa penduduk setempat, pemerintah daerah, maupun pejabat tingggi Kota Bologna (assessore Urbanistica), menolak untuk penambahan pembangunan masjid baru di Bolonga. Walikota Bologna, Sergio Cofferati mengatakan bahwa proyek tersebut secara definitif sudah ditolak demi menjaga hubungan baik dengan UCOII (Centro Islam di Italia). Dalam pembicaraannya kedua belah pihak agar dapat memahami kondisi mengenai masalah tersebut.

Xenophobia Bologna

Untuk sementara dalam menghadapi tingkat keamanan di wilayah Comune di Bolonga selain kepolisian juga penduduk setempat secara sukarela ikut aktif berjaga jaga terutama pada malam hari. Tindakan ini juga diikuti oleh orang asing yang tinggal di wilayah tersebut. Tindakan terhadap pengamanan lingkungan ini juga dilakukan di beberapa kota di Italia terutama di kota kota Italia Utara.

Sikap xenophobia Masyarakat Italia terhadap kaum pendatang Muslim ini menunjukkan sikap semakin tajam. Berdasarkan responden yang dihimpun menunjukkan bahwa kekhawatiran dari tahun ke tahun semakin meningkat. Terlebih lagi kekhawatiran akan Fundamentalisme merebak ke seluruh Italia. Masjid Roma pada awal pembukaanya oleh Giulio Ferrari, pemimpin Lega Lombardia dalam konferensi persnya mengatakan akan menjadi markas besar ekspansi Muslim di Eropa. Pernyataan ini jelas membuat wakil-wakil dari Katolik Konservatif khawatir, mengingat basis umat Katolik justru berada di Kota Vatikan yang terletak di Kota Roma.

Pemerintah Italia maupun Masyarakat Italia yang bersikap apatis dan xenophopia terhadap integritas minoritas Muslim dari Afrika Utara, Timur Tengah dan negara negara Islam lainnya, hendaknya menyadari bahwa Islam tidak selalu identik dengan radikalisme dan fundamentalisme. Saat ini pendatang Muslim sudah menjadi bagian dari Masyarakat di Italia dan mau tidak mau Pemerintah dan Masyarakat Italia hendaknya dapat menerima keberadaan pendatang Muslim ini, bukan dengan cara memusuhi tetapi perlu adanya dialog dan kerjasama untuk memecahkan permasalahan.

Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Muslim, menurut data resmi terakhir Konsuler KBRI Roma Bulan Februari 2008, masyarakat Indonesia tercatat sekitar 1.173 jiwa yang tinggal di Italia, Malta dan Cyprus. Meskipun demikian, tidak semuanya dapat dikatakan sebagai imigran, mengingat angka ini termasuk pelajar/mahasiswa dan mix-couple. Angka tersebut masih menunjukkan angka yang relatif kecil dibandingkan jumlah imigran dari beberapa negara Islam lainnya seperti Maroko, Bangladesh dan Albania.


Reports by Binsar Aritonang
Edited by Pramudya Sulaksono

Saatnya Indonesia Memanfaatkan Siprus Sebagai Penghubung Uni Eropa dan Timur Tengah



Nicosia - CIF ke-33 atau Cyprus Expo 2008 merupakan salah satu pameran internasional yang terbesar yang dikunjungi kurang lebih 300.000 orang yang pada umumnya merupakan pembeli retail lokal dan beberapa importir dari Siprus dan Negara Uni Eropa dengan produk yang dipamerkan berupa peralatan rumah tangga, elektronik, peralatan bangunan dan pertanian, kendaraan bermotor, garment, produk kulit, perhiasan, kosmetik, produk kerajinan, furniture dan lain sebagainya.

Secara resmi CIF 2008 dibuka di Nicosia oleh Presiden Republik Siprus, Demetris Chritofias, serta dihadiri oleh beberapa menteri kabinet Siprus, anggota parlemen dan perwakilan asing untuk Siprus. Menurut Presiden Republik Siprus Pameran ini diupayakan untuk peningkatan stabilitas ekonomi, peluang dan kesempatan pasar, networking/ hubungan kerjasama dengan negara Uni Eropa dan negara lainnya termasuk dari Asia. Turut hadir Duta Besar RI Roma beserta staf pada acara pembukaan.

Pengusaha Indonesia telah berperan aktif dalam CIF tahun 2007 dan kembali hadir tahun ini dengan menyewa 2 (dua) stand sebesar 32 meter persegi di Pavilion Bazar yang diikuti oleh 3 (tiga) perusahaan ekportir, yaitu Kharisma Harvest Indonesia (Khavindo), Jakarta (produk kerajinan, patung binatang dari kayu, mainan anak, topeng dll), Sanbreo Handicraft, Klaten (furniture indoor) dan Theo Classic, Bali (perhiasan perak dan perhiasan lainnya). Selain tampilan produk tersebut di atas, KBRI Roma juga menyediakan brosur-brosur, standing banner dan penayangan film tentang beberapa obyek wisata dan promosi untuk Tradexpo 21-25 Oktober 2008. Disamping itu dipromosikan sample produk genteng & conblock karet dan glassware.

Pameran berlangsung selama 10 (sepuluh) hari dan telah terjadi transaksi dagang antara pengusaha Indonesia dengan pembeli yang bersifat retail dan kontak dagang dengan importir yang masih perlu ditindaklanjuti. Adapun total penjualan retail sebesar Euro 5.195, dengan rincian, Kharisma Harvest Indonesia, Jakarta (€2.400), Sanbreo Handicraft, Klaten (€1.000) dan Theo Classic, Bali (1.795)

Pada kesempatan tersebut, terdapat pula produk furniture rotan (indoor) dan kayu (outdoor) asal Cirebon yang dipromosikan pengusaha Siprus yaitu Mr. Petos Philippides dari Prunabon Enterprises Ltd. Pengusaha Sanbreo Handicraft, Klaten juga telah menawarkan kerjasama penjualan furniture outdoor kepada mereka. Diakui oleh pihak Prunabon bahwa harga yang ditawarkan tersebut cukup bersaing, kualitas produk yang cukup bagus dan ternyata harga jual produk sejenis diimpor dari Indonesia yang dipasarkan di Siprus sangat tinggi.

Berdasarkan data BPS bahwa neraca perdagangan Indonesia dan Siprus dalam periode tahun 2003-2007 selalu menunjukan surplus bagi Indonesia dan di tahun 2007 sebesar USD 12,2 juta. Tingkat pertumbuhan ekspor sebesar 3% dari USD 10,6 juta di tahun 2003 menjadi USD 12,5 juta tahun 2007. Republik Siprus saat ini diharapkan dapat menjadi jembatan penghubung antara Uni Eropa dengan Timur Tengah bagi Indonesia untuk pemasaran produk dan jasa, sehingga diharapkan pada waktu mendatang pengusaha Indonesia perlu mempertimbangkan untuk mengikuti pameran CIF dengan menampilkan produk industri yang lebih berkualitas

Selain Indonesia, CIF ke-33 juga diikuti kurang lebih dari 300 peserta yaitu dari Siprus sendiri dan 26 negara antara lain Amerika Serikat, Spanyol, Italia, Yunani, Hongaria, Republik Ceko, Syria, Mesir, Taiwan, Singapura dan lain lain.



Reports : Frank J. W. Kandau
Editor : Pramudya Sulaksono

Biofuels Jangan Sampai Mengancam Pangan



ROMA- Indonesia menghimbau agar krisis pangan yang terjadi saat ini dapat dianalisa dengan seksama. Kepentingan biofuels jangan sampai mengancam ketahanan pangan. Demikian antara lain pokok-pokok pernyataan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada KTT Keamanan Pangan dan Tantangan Perubahan Iklim dan Bioenergi di Roma (3-5 Juni 2008), yang dibacakan Mentan Anton Apriyantono pada hari kedua, seperti dituturkan Sekretaris I Pensosbud KBRI Roma, Pramudya Sulaksono Rabu (4/6).

Pada pertemuan plenari hari kedua ini, tercatat sebanyak 8 kepala negara/pemerintahan lainnya dan sekitar 40 menteri telah menyampaikan pernyataannya.Di samping dibutuhkan analisa seksama, Indonesia juga menghimbau agar langkah-langkah global pemecahan permasalahnnya dapat dilakukan secara lebih komprehensif. Kebijakan nasional dan internasional untuk mengatasi krisis pangan yang sedang terjadi juga harus sejalan dan diarahkan pada pengurangan resiko ketahanan pangan di antara masyarakat miskin, penciptaan lapangan kerja, penanganan masalah lingkungan hidup, pengamanan hak-hak penduduk asli dan untuk pencapaian pengurangan emisi gas.

Keseimbangan

Hal lain yang juga digarisbawahi oleh pemerintah Indonesia terkait bioenergi adalah mengenai perlunya keseimbangan dalam pengadaan dan permintaan biofuels antara negara maju dan berkembang.

Indonesia menekankan agar produksi biofuels jangan sampai mengancam ketahanan pangan. Terkait hal ini, negara maju dihimbau agar dapat meningkatkan efisiensi mereka dalam penggunaan energi, sehingga permintaan untuk biofuels tidak mempengaruhi stabilitas ketahanan pangan negara/wilayah penghasil dan pemasok biofuels. Sebagai contoh, Indonesia dalam pengembangan biofuels-nya lebih ditekankan pada produksi biofuels yang berasal dari pohon jarak (bukan bahan pangan).

HampirBuntu

Sementara itu, dalam pertemuan penyusunan deklarasi KTT, pembahasan hampir menemui jalan buntu, pada saat sejumlah negara bersikokoh mempertahankan pendiriannya masing-masing yang pada sejumlah isu saling bertolak belakang.

Adapun isu-isu yang masih belum dicapai kesepakatan perumusannya adalah terkait pengaturan perdagangan produksi pangan, isu mengenai keterkaitan antara produksi biofuels dengan ketahanan pangan, dan identifikasi faktor-faktor penyebab dari naiknya harga pangan.
Dalam kesempatan menghadiri KTT ini, Mentan telah mengadakan pertemuan bilateral dengan sejumlah menteri pertanian negara anggota FAO untuk membicarakan hubungan serta kerjasama pertanian, yaitu diantaranya dengan Saudi Arabia,Selandia Baru, Filipina, Malaysia, Inggris.


Source : detikcom
Reports by Siti N. Mauludiah
Editor : Pramudya Sulaksono

KTT Ketahanan Pangan: Pemimpin Dunia Diskusikan Mahalnya Pangan


Roma - Konsep deklarasi yang akan memuat komitmen langkah serta aksi bersama anggota FAO sengit diperdebatkan. Presiden SBY batal datang.Salah satu keluaran yang akan dihasilkan dari KTT Keamanan Pangan dan Tanangan Perubahan Iklim dan Bioenergi, Roma (3-5/6/2008), adalah sebuah deklarasi yang akan memuat komitmen langkah serta aksi bersama anggota FAO dalam mengatasi situasi harga pangan yang sedang terjadi.

Namun hingga saat ini konsep deklarasi KTT yang diprakarsai bersama oleh FAO, IFAD dan WFP itu masih sengit dibahas dan didiskusikan oleh para anggota perwakilan negara-negara anggota FAO, Sekretaris I Pensosbud KBRI Roma Pramudya Sulaksono kepada detikcom menuturkan hari ini.

Beberapa isu yang menonjol yang jadi perdebatan adalah soal pengaturan pemakaian biofuel yang dikaitkan dengan pangan, soal aturan perdagangan internasional khususnya produk bahan pangan, serta persoalan keamanan lingkungan dalam hubungannya dengan pemakaian sumber daya alam bagi keperluan pertanian. Selain itu, perdebatan juga terjadi terkait adanya langkah langkah sejumlah negara yang berusaha untuk mempolitisir pertemuan yang diselenggarakan oleh FAO.

Pramudya menambahkan, bahwa Presiden SBY rencananya akan langsung memimpin delegasi Indonesia, tetapi mengingat banyaknya persoalan dalam negeri yang memerlukan keberadaan Presiden, maka pimpinan delegasi Indonesia dipercayakan kepada Menteri Pertanian, Anton Apriyantono.Mentan Anton disertai oleh beberapa pejabat Departemen Pertanian, Bappenas, dan juga dari Departemen Luar Negeri dan KBRI Roma.

KTT FAO kali ini sesuai dengan temanya membahas soal pangan dikaitkan dengan adanya perubahan iklim global dan juga semakin gencarnya pemakaian bioenergi khususnya biofuel (biodiesel dan bioethanol).Menurut panitia konferensi, KTT diikuti sekitar 2.467 peserta. Di antara mereka terdapat 650 wartawan, 120 LSM dan 200 utusan dari organisasi di bawah naungan PBB. ( es / es )

Sumber: detikcom
Reports by Dr. Erizal Sodikin & Siti N. Mauludiah
Editor by Pramudya Sulaksono

MapLoco


Visitor Map