Kurangnya informasi terhadap Islam, terlebih lebih lagi belakangan ini Islam sering dikaitkan dengan tindakan kekerasan (violence) dan terorisme internasional sangat memukul dunia Islam, sehingga banyak memunculkan image negatif mengenai Islam. Ny. Lily Zakiyah Munir, Ketua Pusat Pesantren dan Studi Demokrasi (Cepdes), salah satu teolog wanita muslim menyampaikan pandangannya yang terfokus pada perspektif sebagai aktivis muslim moderat dan advokat penyetaraan gender dan hak-hak kaum wanita melalui pendidikan dan kebangkitan kesadaran masyarakat muslim di Indonesia.
- Dapat membedakan antara Islam dengan Muslim, karena tindakan dan prilaku orang-orang muslim tertentu tidak selalu tercermin dalam Islam, karena sesungguhnya Islam merupakan agama yang paling demokratis, menanamkan cinta damai dan toleransi.
- Tidak secara otomatis mengasosiasikan Islam dengan Arab. Islam itu tersebar di seluruh penjuru dunia dan Indonesia merupakan konsentasi muslim terbesar justru terletak di Asia tenggara.
- Jangan salah mengartikan Islam sangat oppressive terhadap wanita.
Ny. Lily Zakiyah Munir juga mencontohkan bahwa seperti dirinya, meskipun jilbab merupakan pilihan pribadi dan bukan tekanan dari luar untuk mengenakannya. Mengenakan jilbab sesungguhnya merupakan kebebasan meskipun harus bepergian ke seluruh dunia, bahkan suamipun turut mendukung upaya uapaya yang dilakukannya. Dengan demikian harus dapat dibedakan antara Islam sebagai agama yang mempunyai emansipasi terhadap wanita dan budaya yang membentuk seseorang sebagai muslim.
Islam harus memberikan manfaatnya kepada manusia atas berkah yang diberikan Tuhan kepada umatnya (rahmatan lil alamin) dan agama hendaknya terfokus terhadap kepedulian sesama. Pengertian terhadap Islam hendaknya juga ditingkatkan melalui perspektif dan pandangan mengenai masalah-masalah sosial, berdialog, azas kesejajaran, bekerjasama untuk mengatasi masalah-masalah bersama. Disamping itu juga memberikan pengertian secara kedepan, melupakan masa masa lalu dan bersedia menerima hal-hal yang baik dari tawaran modernitas.
Dalam Al Qur’an terdapat 30 ayat mengenai sanksi sejajaran antara wanita dan pria dan ayat yang menjamin hak-hak kaum wanita sebagai manusia yang utuh. Namun sangat disayangkan bahwasanya banyak yang kurang memahami sebagai pesan yang harus digarisbawahi mengenai persamaan gender dalam Islam dengan tetap mengintepretasikan bahwa kaum pria mempunyai status yang superior dibandingkan dengan wanita. Sehingga hal ini berakibat sebagai gender-biased. Tantangan inilah yang oleh kaum feminis harus diperjuangkan sehingga dapat mengangkat keadilan bagi kaum wanita.
- Tuhan menciptakan laki laki sebagai ciptaan pertamanya bukanlah perempuan dan perempuan diyakini sebagai bagian tulang rusuk laki laki
- Perempuanlah yang menyebabkan jatuhnya laki laki -- sebagaimana dalam cosmic drama antara Adam dan Hawa – sehingga Adam dan Hawa terusir dari Surga, efeknya timbul kebencian bagi anak-anak perempuan Hawa,
- Anggapan bahwa wanita diciptakan dari laki laki dan untuk laki laki, sehingga kehadirannya hanyalah sebagai pelengkap dan bukanlah hal penting dan fundamental.
Pentingnya perkembangan teologi bagi kaum wanita dalam konteks tradisi Islam, Feminisme Islam semakin penting dewasa ini. Tujuannya bukan saja terhadap wanita muslim saja tetapi juga untuk pria muslim agar sejajar. Namun sangat disayangkan bahwa tidak banyak wanita yang mempelajari teologi Islam terutama mengenai emansipasinya. Dilain pihak, sejumlah sekolah sekolah yang mendukung hak-hak kaum wanita mengelami peningkatan. Sekolah-sekolah itu tersebar dari Timur Tengah hingga Indonesia dan Feminis-feminis Islam inilah selalu harus mendapat support.
No comments:
Post a Comment